Diterbitkan pada Rabu, 21 Juni 2023
Jember – Jamuan makan malam dan pertemuan dengan aktor Reza Rahadian di Pendapa Wahyawibawagraha, Senin (12/6/2023) malam, diwarnai curahan isi hati (curhat) Bupat Hendy Siswanto mengenai kondisi tengkes (stunting) dan kesehatan ibu-anak di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Bupati Hendy Siswanto mengatakan, penanganan masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) tidak bisa dilakukan pemerintah sendirian. “Khusus untuk KIA ini saya sangat berharap ada terobosan untuk berkolaborasi di Jember sendiri, maupun provinsi, dan pusat. Izin ini curhat sekalian,” katanya.
“Gak apa-apa, Pak, kalau curhat. Seharian sejak kemarin saya ngedengerin curhat juga dari kepala desa dan ibu-ibu kader posyandu,” kata Reza yang dikenal sebagai pemeran utama sejumlah film box office seperti trilogi Habibie dan Ainun dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck ini.
Reza berkunjung ke Kabupaten Jember, sebagai duta YAPPIKA-ActionAid (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia). Selama dua hari dia bertemu kepala desa dan kader pos pelayanan kesehatan terpadu (posyandu) di sejumlah desa untuk memetakan persoalan kesehatan ibu dan anak. Selama 10 bulan, Yappika mendampingi 18 desa untuk penanganan kesehatan ibu dan anak.
Hendy bercerita bagaimana harus membenahi Jember dengan warisan sekian persoalan dalam waktu yang terbatas dan di tengah pandemi Covid. “Kita mungkin perlu penguatan kembali bagaimana men-treatment keluarga kami di daerah agar kesehatan ibu dan anak bisa lebih termonitor,” katanya.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 Kementerian Kesehatan RI yang menunjukkan prevalensi balita stunted (tinggi badan menurut umur) di Jember 34,9 persen membuat Hendy tidak terima. Ia kemudian membentuk satuan tugas yang terdiri atas belasan organisasi perangkat daerah dalam program J-Penting Aksi (Jember Percepatan Penanganan Stunting, Angka Kematian Ibu dan Anak, dan Kemiskinan Ekstrem).
“Satgas ini ke lapangan, menunggu orang yang sedang bermasalah, baik yang mengalami stunting maupun berisiko stunting. Februari kemarin musim menikah. Kami sudah jaga. Orang-orang yang berisiko stunting bukan hanya orang miskin. Orang kaya juga ada yang berisiko stunting. Ini saya buktikan sendiri waktu acara Jember Berbagi saat bulan puasa kemarin,” kata Hendy.
Hendy mengajak semua organisasi perangkat daerah agar persoalan yang muncul di lapangan segera diselesaikan. “Ini bukan gagah-gagahan. Kami sekarang melakukan pendampingan dan sosialisasi terus-menerus,” katanya.
Reza mengatakan, YAPPIKA dan YPSM (Yayasan Prakarsa Swadaya Masyarakat) telah mendampingi 18 desa untuk program kesehatan ibu dan anak. “Saya ngobrol dengan ibu-ibu kader. Saya rasa mereka orang luar biasa. Program apapun kalau tidak ada kader posyandu tidak mungkin berjalan, karena mereka yang berkeliling. Kami mendengarkan masukan dan curhatan,” katanya.
Yappika dan YPSM memberikan rekomendasi kepada Bupati Hendy Siswanto yang dibuat berdasarkan pendampingan selama 10 bulan. “Saya harap kolaborasinya bisa meningkat. Kalau melihat kondisi di lapangan ketika bertemu kepala desa, anggaran dana desa harapannya secara langsung dinaikkan. Mungkin bisa diterbitkan peraturan bupati supaya implementasi di lapangan ada dorongan lebih kuat,” kata Reza.
Menurut Reza, ada pemerintah desa yang mengalokasikan anggaran sekitar 7-8 persen ke atas untuk penanganan kesehatan ibu dan anak. “Tapi ada juga yang masih tiga persen. Mungkin bisa didorong melalui peraturan bupati. Itu akan sangat membantu. Desa bisa terdorong untuk menaikkan anggarannya,” katanya.
Reza sepakat perlu ada kerja kolaboratif. “Yappika tidak bisa bekerja sendirian tanpa partisipasi publik, dan sebaliknya ketika kita bekerja sama dengan perangkat pemerintah, kita berharap kolaborasi ini bisa lebih massif dampaknya buat masyarakat setempat,” katanya. [wir]
Artikel ini telah tayang di beritajatim.com pada 13 Juni 2023 dengan judul yang sama