Ibu Hajir Tetap Berjualan Setelah Bencana

Diterbitkan pada | Senin, 03 Agustus 2020

Ibu Hajir adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Rano. Rumahnya dulu berada di pinggir Danau Rano. Sehari-hari, dari sebelum bencana terjadi, ia berjualan makanan dan minuman ringan di rumahnya. Tidak ada yang menyangka bahwa bencana akan datang sore itu. Rumah yang ia tempati bersama keluarganya pun rusak parah. Saat terjadi bencana, ia bersama anaknya sedang berada di rumah. Sementara suaminya sedang berada di daerah Ketong untuk bekerja. Anaknya yang berumur 14 tahun saat itu sedang hamil tua, sehingga agak kesulitan saat berusaha menyelamatkan diri agar tidak tertimpa reruntuhan rumahnya sendiri. Selain rumahnya yang rusak berat, barang dagangan dan alat usahanya juga rusak. Hanya sedikit yang tersisa dan masih bisa digunakan.


Ia dan anaknya kemudian mengungsi di lapangan bola desa. Suaminya, Bapak Aliasan, baru bisa berkumpul keesokan harinya. Mereka tinggal di pengungsian selama kurang lebih 20 hari. Setelah itu mereka pindah menumpang di rumah keluarganya di Pantai Timur Donggala selama kurang lebih satu bulan, dan dan akhirnya kembali ke Rano dan membangun tenda darurat di depan rumahnya hingga rumah tumbuh mereka selesai dibangun pada Februari 2019.

Salah satu alasan mereka tinggal di tenda darurat di depan rumah lama mereka yang hancur adalah agar suaminya bisa lebih dekat dari lokasi pembangunan rumah tumbuh miliknya. Karena sesuai kesepakatan bersama warga, rumah tumbuh yang dibangun WALHI harus melibatkan warga, termasuk pemilik rumah dalam proses pembangunannya.

Jika dilihat dari segi ukuran, rumah tumbuh yang dibangun WALHI Sulawesi Tengah masih terlalu kecil baginya dan keluarganya. Akan tetapi, WALHI Sulawesi Tengah memberikan kebebasan kepada warga yang menerima rumah tumbuh untuk mengembangkan rumah tersebut ke depannya, sesuai dengan kemampuan si pemilik rumah.

Saat ini, dengan sisa-sisa peralatan yang ada, ia kembali berjualan makanan dan minuman ringan untuk membantu perekonomian keluarga. Karena dari sebelum gempa pun, sebenarnya ekonomi menjadi permasalahan utama di Desa Rano. Selain akses yang sulit, pasar juga berada di Desa Kamonji yang jaraknya sekitar 12 KM dari Desa Rano. Ia berharap pemerintah lebih memperhatikan Desa Rano untuk ke depannya. Setidaknya, akses dari dan menuju Rano diperbaiki, sehingga perekonomian dapat berkembang ke depannya.

Tag :