Perempuan Sederhana dari Kampung Sederhana

Diterbitkan pada | Rabu, 09 November 2022


Sikap dan pembawaannya tenang, bicaranya juga pelan dan teratur. Bu Mulyanah, biasa dipanggil Bu Mul, ibu muda dengan 2 anak menyambut kami dengan hangat. Bu Mul berasal dari Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang Banten. Pasauran adalah desa kecil di bantaran kali Cipasauran yang memisahkan Desa Pasauran dengan Desa Umbul Tanjung di sebelah selatan. Kalau mau menuju pantai Carita yang terkenal itu, maka akan melewati Desa Pasauran.

Kehidupan Bu Mulyanah, hampir sama dengan masyarakat Pasauran lainnya yang lemah secara ekonomi. Glamournya pantai Carita yang terkenal, seperti tidak menyentuh kehidupan masyarakat disini.

Rumah mereka, sebagian masih terbuat dari bilik bambu dengan fasilitas hidup sangat sederhana. Kesederhanaan itu sebagian karena kebiasaan yang mereka wariskan dari orang tua dulu. Sebagai contoh, untuk aktifitas mandi dan mencuci, warga Pasauran lebih suka memanfaatkan air kali yang melewati desa mereka.

Kesederhanaan ini juga terpancar dari sikap dan tutur kata Bu Mulyanah.

“Dulu saya pemalu banget, sehari hari diam aja di rumah, mengurus rumah dan mengurus anak, tidak bisa bersosialisasi sama sekali”, begitu perkenalan awal dengan Bu Mul.


“Mungkin karena saya sudah menikah dari usia yang masih belia sekali waktu itu setamat MTS saya dinikahkan orang tua. Suami saya waktu itu kuli bangunan yang membangun villa di pantai dan tinggal di sebelah rumah orang tua, asal suami dari Garut.” Bu Mulyanah menikah di usia 15 tahun, setelah menikah, kegiatan sehari-hari Bu Mul seputar mengurus rumah, mengurus anak dan mengurus suami. Saat ini Bu Mulyanah berusia 27 tahun.

Mengikuti program ANCP fase ketiga, Bu Mul seperti mendapat kesempatan belajar dan semangat sekali mengikuti semua pelatihan dan diskusi yang diselenggarakan, karena Bu Mul merasa seperti sekolah lagi. “Saya dulu gak sekolah tinggi, jadi belajar disini saya senang karena bisa tambah pintar dan mendapat ilmu-ilmu baru.” 

Pelatihan yang pertama diikuti Bu Mulyana tentang Pengurangan Resiko Bencana.

Bagi Bu Mulyanah ini adalah ilmu yang penting. “Seandainya dulu kita paham kalau prosedurnya seperti itu, kita akan lebih tanggap dengan bencana, dan mengerti apa yang harus dilakukan, tidak pontang panting berlarian, padahal kenyatannya air tidak sampai kesini”. Saat bencana tsunami akhir tahun 2018, Bu Mulyanah mengungsi selama 1 bulan di rumah saudaranya. Tidak berani kembali ke rumah karena isu akan adanya gelombang tsunami susulan. Dan selama fase mengungsi itu, perekonomian sangat terganggu, tidak ada pekerjaan dan nelayan tidak berani ke laut.

Bu Mulyana menyadari bahwa pemahaman akan pengurangan resiko bencana sangat penting bagi masyarakat, terutama yang tinggal di zona merah (zona rawan bencana). Karena pemahaman itulah Bu Mulyana rajin mensosialisasikan pengetahuan yang telah diterimanya ke ibu- ibu di Desa Pasauran. Untuk memudahkan sosialisasi itu kemudian mereka membentuk paguyuban perempuan Desa Pasauran dengan nama Kelompok Perempuan Kuat (KPK) yang dipimpin langsung oleh Bu Mulyanah.

“Dulu jangankan berbicara di depan orang banyak, ketemu orang asing saja saya malu. Sekarang, saya harus mendatangi rumah ibu-ibu disini, satu satu saya temui dan ajak untuk kumpul-kumpul dan diskusi mempelajari hal baru.”

Selain mensosialisasikan PRB, Bu Mulyanah juga paham materi tentang perlindungan perempuan dan anak. “Konsep 3M itu adalah konsep yang sederhana dan kita bisa membantu perempuan yang mungkin tidak aman agar lebih baik kehidupannya. Konsep 3M (Melihat, Mendengarkan, dan Menghubungkan) adalah prinsip yang  harus dipegang saat menemukan ada kejanggalan pada tetangga dan lingkungan sosial terdekat. Dengan prinsip 3M maka kekerasan terhadap perempuan bisa diminimalisir dan pendekatan 3M juga wujud perlindungan terhadap perempuan dan anak.”

Kegembiraan lain yang dirasakan Bu Mulyanah ketika mengikuti workshop bersama Pemda Kabupaten Serang guna membahas buku saku tentang Bagaimana Mendampingi Korban Kekerasan Berbasis Gender di Desa yang diadakan di ibukota kabupaten Serang.


“Saya jarang sekali keluar dari kampung saya, makanya saat mengikuti workshop buku saku saya senang sekali. Bisa bertemu dengan orang-orang hebat, hanya saja sayangnya Pak Bupati berhalangan hadir.” Kegembiraan Bu Mul bisa terlibat kegiatan yang dulu tak terfikirkan sangat mempengaruhi semua aktifitas Bu Mul sekarang. “Saya lakukan semua sosialisasi dan diskusi tentang kedua topik tersebut dengan ibu-ibu di Desa Pasauran, tapi saya tetap mendahulukan tugas dan kewajiban saya sebagai ibu dan istri.”

Ke depan, Bu Mulyanah punya harapan tersendiri, kalau bisa ibu-ibu di Pasauran diberikan materi tentang pemberdayaan ekonomi. Karena Kelompok Perempuan Kuat Desa Pasauran butuh diberi masukan bagaimana meningkatkan kapasitas agar bisa membantu ekonomi keluarga. “Karena ketika kita bisa membantu ekonomi keluarga, akan banyak yang terbantu tidak hanya suami. Bisa juga membantu orang tua dan saudara, dan saat kita bisa membantu orang lain, maka yang membantu akan lebih merasa berguna.”