Diterbitkan pada | Senin, 03 Agustus 2020
Di tengah teriknya matahari dan bau amis ikan di salah satu desa nelayan di Jember, dua duta persahabatan kami—Mas Reza Rahadian dan Ibu Rachel Malik—menemui salah satu anak penderita stunting bernama RA (bukan nama sebenarnya).
Teriknya matahari tanggal 21 November 2018 kala itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk menemui RA dan Ibunya yang bernawa W (bukan nama sebenarnya). Mas Reza dan Ibu Rachel melihat betapa mungilnya RA dibanding anak-anak seusianya. RA adalah seorang penderita stunting, sebuah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan energi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Dengan logat Jawa yang kental, Ibu W menceritakan kondisinya dan RA pada Ibu Rachel dan Mas Reza. Ibu W menikah saat usianya masih berumur 18 tahun. Pendapatan suaminya yang seorang nelayan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hariannya, terlebih saat RA pertama kali melihat cahaya dunia. Ketika RA lahir, berat tubuh si kecil hanya 1,1 kg dengan panjang hanya 35 cm. Karena kondisi sanitasi yang begitu buruk, RA harus mengalami berbagai macam penyakit selama beberapa bulan.
Reza Rahadian dan Rachel Maliq mengunjungi Raffa di Jember. Diskusi di Kantor Kades Puger Wetan dan berkunjung ke RRI Pro2 Jember.
Saat ini, di usianya yang berumur 2 tahun, RA hanya memiliki berat 10kg, dengan tinggi 75 cm. Sungguh terlihat kekerdilannya jika ia disandingkan dengan anak-anak lain. Keadaannya ini pun membuatnya rentan terhadap berbagai macam penyakit, yang kelak akan semakin menghambat tumbuh kembangnya, mematikan mimpi-mimpinya. Belum lagi, kondisi rumah mereka begitu sempit, dengan sanitasi yang memprihatinkan. Kondisi dapur begitu buruk, dan keluarga kecil itu hanya mampu memakan nasi, sesekali saja mereka makan dengan lauk seadanya.
Mendengar cerita ini, Mas Reza dan Ibu Rachel begitu tersentuh, bagaimana bisa anak seperti RA harus kehilangan haknya untuk menjadi seorang #AnakSehat? Dan betapa mirisnya bahwa RA bukanlah satu-satunya anak yang mengalami penderitaan akibat stunting. Menurut data Riskesdas Kemenkes 2018, 3 dari 10 anak balita di Indonesia menderita stunting, menyebabkan terhambatnya perkembangan otak mereka, membuat mereka rentan terhadap berbagai macam penyakit. Jika ini terus dibiarkan, dalam 10 tahun mendatang, kita bisa kehilangan satu generasi. Sebuah generasi tak kasat mata.
Di sini kini, Mas Reza, Bu Racel, dan kami membutuhkan bantuan Anda untuk mencegah serta mengenyahkan stunting dari calon-calon penerus bangsa. Bantu mereka di bit.ly/bantuanaksehat sekarang juga.