Diterbitkan pada | Senin, 03 Agustus 2020
Senin (20/2/2017), dalam Dialog Interaktif yang disiarkan langsung oleh RRI Banten, Duta Persahabatan YAPPIKA-ActionAid, Reza Rahadian –aktor film– mempertanyakan lambatnya respon Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang terhadap persoalan sekolah rusak di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Dalam dialog tersebut, Reza menyampaikan aspirasi dari SDN Panyabrangan yang dia kunjungi di hari yang sama.
Reza menggambarkan situasi di SDN Panyabrangan yang memiliki 4 ruang kelas rusak dan tidak kunjung diperbaiki meski sudah beberapa kali kondisi bangunannya difoto dan diberi janji. “Persoalan sekolah rusak ini bisa menjadi diskusi panjang, tetapi yang kita butuhkan adalah tindakan konkret, bukan hanya wacana,” tegas Reza kepada Sekretaris Dinas Pendidikan dan Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Serang yang hadir dalam Dialog tersebut.
Namun, belum ada respon yang cukup konkret dari dua perwakilan Pemkab Serang yang hadir dalam dialog tersebut, Bapak Sarjudin sebagai Sekretaris Dinas Pendidikan dan Bapak Novi sebagai Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Serang.
Sebagai pembuat kebijakan di bidang pendidikan dengan posisi yang cukup strategis, Bapak Sarjudin justru lebih banyak bercerita tentang persoalan, dibandingkan dengan solusi. Salah satu persoalan yang diungkapkan oleh Bapak Sarjudin terkait mekanisme pengelolaan proyek perbaikan ruang kelas menggunakan sistem swakelola (dikelola sendiri oleh sekolah) yang terbukti bisa menghasilkan bangunan yang tahan lama dengan efisien, dibandingkan menggunakan pihak ketiga atau kontraktor. Namun, Bapak Sarjudin tidak mengajukan solusi dan seolah-olah berlepas tangan.
Respon yang tidak jauh berbeda juga diberikan oleh Bapak Novi. Meski sudah mengungkapkan dua penyebab utama mengapa 30% ruang kelas SD di Kabupaten Serang masih rusak, yakni minimnya anggaran dan pengawasan. Namun, Bapak Novi tidak secara konkret menjelaskan langkah apa yang akan dirinya ambil sebagai Ketua Komisi II yang salah satu bidangnya adalah pendidikan untuk meningkatkan anggaran, misalnya lewat realokasi belanja yang tidak perlu dan tidak prioritas, dan meningkatkan pengawasan. Keduanya seolah-olah saling lempar tanggung jawab dan tidak mengerti tindakan konkret apa yang bisa diambil untuk segera menyelesaikan persoalan sekolah rusak di Kabupaten Serang.
Reza pun mempertanyakan kembali respon kedua narasumber dari Pemkab Serang tersebut, “Kalau Bapak dari Pemerintah tidak tahu dan Bapak dari DPRD juga bingung, apalagi kita, tidak akan ada kemajuan di sekolah-sekolah ini.”
Dalam dialog tersebut, Ari Setiawan, Direktur Eksekutif PATTIRO Banten –mitra YAPPIKA-ActionAid di Kabupaten Serang– yang juga hadir sebagai narasumber mengatakan bahwa selain anggaran yang minim, banyaknya sekolah rusak di Kabupaten Serang juga disebabkan oleh tata kelola dana perbaikan ruang kelas yang buruk. PATTIRO Banten menemukan dari target memperbaiki 160 ruang kelas SD pada tahun 2016, hanya 60% yang terealisasi.
Narasumber lainnya, Hendrik Rosdinar, Manajer Advokasi, Riset, dan Kampanye YAPPIKA-ActionAid bahkan menawarkan bantuan dan mengajak Dinas Pendidikan untuk berkolaborasi membangun basis data sekolah rusak yang akurat sehingga alokasi dana perbaikan bisa lebih tepat sasaran.
Sebelum dialog berlangsung, Reza Rahadian, Ibu Rachel Malik –Istri Duta Besar Inggris untuk Indonesia– yang juga merupakan Duta Persahabatan YAPPIKA-ActionAid, Tim YAPPIKA-ActionAid, Tim PATTIRO Banten berkunjung ke SDN Panyabrangan untuk melihat dan mendengar langsung situasi di SDN Panyabrangan. Di sana, Reza dan Ibu Rachel berinteraksi dengan Kepala Sekolah, Ketua Komite, Guru, bahkan anak-anak yang masih tetap semangat belajar meski bahaya sesungguhnya sedang mengancam mereka di ruang kelas.