ADVOKASI PELAYANAN PUBLIK INKLUSIF
Pelayanan pendidikan dan kesehatan yang aman serta berkualitas adalah hak dasar setiap warga negara Indonesia, termasuk anak-anak, perempuan, dan masyarakat yang rentan. Kami bersama-sama masyarakat berupaya mewujudkan pemenuhan hak tersebut melalui advokasi pelayanan publik inklusif.
Berikut ini adalah misi perubahan yang ingin kami wujudkan pada 2018 – 2028:
Program Sekolah Aman
Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dalam lingkungan yang aman untuk tumbuh kembang anak sehingga mereka mampu mewujudkan segala potensinya.
Namun demikian, masih sangat banyak sekolah dasar negeri yang tidak aman, seperti ruang kelas yang rusak berat, sanitasi tidak memadai, kekurangan gizi dialami peserta didik, kekerasan seksual dan minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi para peserta didik yang memasuki usia remaja, kerentanan dari bencana, dan kerentanan dari segi penghidupan ekonomi orang tua maupun komunitas sekolah.
YAPPIKA-ActionAid sejak 2016 hingga saat ini telah melakukan advokasi dan kampanye mengenai Sekolah Aman di Indonesia dengan secara khusus memiliki wilayah kerja di Kabupaten Serang (Banten), Bogor (Jawa Barat), Kupang (NTT), Sumba Barat (NTT), Bima (NTB), dan Sambas (Kalimantan Barat).
Melalui program ini, YAPPIKA-ActionAid bertujuan menciptakan Sekolah Aman bagi anak-anak, yaitu:
Hasil-Hasil Program Sekolah Aman 2016 – 2020:
YAPPIKA-ActionAid bekerja sama dengan organisasi mitra dan komunitas sekolah telah mencapai cukup banyak hal berikut.
Mitra Program Sekolah Aman YAPPIKA-ActionAid:
PATTIRO Banten (Kab. Serang), KOPEL (Kab. Bogor), Bengkel APPEK (Kab. Kupang), Yayasan Bahtera (Kab. Sumba Barat), SOLUD (Kab. Bima), Gemawan (Kab. Sambas)
Fakta Ruang Kelas Rusak
Fakta Sarana Sanitasi Tidak Layak
Pandemi Covid-19 mengajarkan kita tentang betapa pentingnya kebersihan untuk mencegah serangan virus dan kuman. Namun, masih banyak SD Negeri di Indonesia yang tidak memiliki sarana sanitasi yang layak guna memenuhi kebutuhan anak-anak selama di sekolah.
Sarana sanitasi yang layak, di antaranya toilet dan air bersih, merupakan salah satu cara melindungi anak-anak dari ancaman kuman dan virus.
Anak-anak usia SD, terutama mulai kelas 5, telah memasuki usia remaja. Usia ini adalah masa yang tepat untuk mengenalkan pendidikan tentang seksualitas.
Terkait hal tersebut, sarana toilet yang terpisah untuk anak perempuan dan laki-laki di sekolah adalah pengetahuan dasar yang penting dipahami anak-anak yang memasuki masa pubertas. Ini semua guna pengenalan serta pembiasaan sejak usia dini mengenai bagaimana perlindungan diri dan memahami martabat tubuh remaja perempuan dan laki-laki terkait seksualitas.
Fakta Kurang Gizi Pada Anak
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2013 dan 2018 menunjukkan bahwa prevalensi anak-anak usi 5-12 tahun yang masuk dalam kategori KURUS di beberapa provinsi. Peningkatan cukup tinggi di antaranya terjadi pada Provinsi NTB dan NTT. Tubuh anak yang kurus merupakan indikasi kekurangan asupan gizi.
Menurut WHO, prevalensi antara 10% – 14% dikategorikan sebagai masalah gizi yang serius pada anak-anak.
Tubuh pendek pada anak juga merupakan indikasi kurang asupan gizi. Menurut Riskesdas 2013 dan 2018, secara umum prevelansi tinggi tubuh yang dikategorikan NORMAL meningkat. Namun apabila dilihat dari prosentase, status normal tersebut masih di bawah 80%, bahkan untuk Provinsi NTT di bawah 60%.
Data ini menunjukkan persoalan gizi anak Indonesia perlu menjadi fokus perhatian kita bersama untuk diatasi.
Menurut BAPPENAS (April 2019), persoalan kurang gizi pada anak di antaranya dapat diatasi melalui intervensi khusus, yaitu berbasis sekolah, menyediakan makanan sehat, promosi dan penyediaan latihan fisik harian, dan pemberian tablet tambah darah/obat cacing.
YAPPIKA-ActionAid secara khusus akan melakukan intervensi berbasis sekolah dan komunitas sekolah melalui kegiatan edukasi mengenai gizi, imunitas tubuh, dan kesehatan reproduksi remaja SD.
Fakta Kekerasan Seksual Pada Anak
Kekerasan seksual pada usia anak-anak masih banyak terjadi di Indonesia. Persoalan ini masih dianggap tabu di kalangan masyarakat sehingga cenderung ditutupi. Namun hal ini tidak bisa dibiarkan. Tindakan pencegahan harus dilakukan kepada berbagai pihak, termasuk anak-anak, guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlindungan martabat manusia sehingga anak dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman untuk mewujudkan potensinya.
Rasa aman dan adanya kepastian penanganan yang baik oleh otoritas pemerintah maupun masyarakat, akan menumbuhkan lingkungan kehidupan yang sehat.
Pengaduan tentang kekerasan pada seksual pada anak makin meningkat sejak 2016 – 2019. Kasus kekerasan seksual pada anak dilakukan oleh pihak yang beragam. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ini menunjukkan keragaman pelaku tersebut.
Fakta Kebencanaan di Lingkungan Sekolah
Indonesia adalah negeri yang berada di atas bumi yang rawan bencana. Ada hampir 150.000 sekolah dasar negeri yang berada di wilayah rawan bencana.
Sementara itu, pendidikan dan pelatihan kesiapsiagaan bencana belum dilakukan secara terintegrasi ke dalam kurikulum sekolah dasar. Dalam hal ini, bukan hanya anak-anak di sekolah yang perlu memperoleh pendidikan dan pelatihan, namun juga keseluruhan komunitas sekolah.
Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta BNPB berikut ini, menunjukkan bahwa persoalan kebencanaan penting memperoleh perhatian pemerintah, masyarakat, dan kita semua.
Fakta Kerentanan Ekonomi
Pandemi Covid-19 membuat masyarakat yang selama ini rentan secara ekonomi makin rentan. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan usaha ekonomi besar maupun kecil tersendat, bahkan gulung tikar. Kondisi ini menyulitkan para perempuan kepala keluarga yang menjadi penyangga ekonomi keluarga. Mereka termasuk para Ibu yang membiayai kebutuhan keluarganya, termasuk sekolah anak-anaknya.
Menteri BUMN pada Januari lalu mengeluarkan data bahwa 3,5 juta orang kehilangan pekerjaan dan 29, 12 juta orang perlu pekerjaan. Sementara itu Menteri Koperasi dan Usaha Kecil mengeluarkan data bahwa transaksi sektor usaha kecil-menengah turun 55% selama pandemi.
Program Sekolah Aman di tahun 2021 ini akan memperluas kerjanya untuk memberikan modal usaha kecil dan pendampingan pengembangan usaha pada para perempuan anggota komunitas sekolah dasar.
Program Desa Sehat
3 dari 10 Balita Indonesia mengalami stunting dan Indonesia berada di rangking ke 5 dunia untuk paling banyak mengalami kasus stunting. Pendekatan holistik berbasis desa untuk pencegahan stunting dilakukan oleh YAPPIKA-ActionAid melalui Program Desa Sehat.
Program ini sebelumnya kami beri nama Anak Sehat dan dilaksanakan di 4 desa di Kab. Jember. Namun berdasarkan pada perkembangan pembelajaran dari pelaksanaan program dan respon masyarakat di lapangan, mulai 2021 ini kami akan melakukan pilot program dengan pendekatan holistik berbasis desa.
Stunting adalah kegagalan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak karena masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang, infeksi berkepanjangan dan stimulasi psikososial yang tidak mencukupi dalam waktu lama.
Stunting memiliki indikasi kesehatan umum yang signifikan karena kegagalan tumbuh tidak hanya mempengaruhi anak dalam masa pertumbuhan tetapi juga ketika mereka dewasa.
Berikut ini adalah prevalensi Stunting di Indonesia berdasarkan Riskesdas (2013).
Melalui program Desa Sehat, YAPPIKA-ActionAid melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Hasil-Hasil Program Desa Sehat di Kab. Jember pada 2018 – 2020
Wilayah Kerja Program Desa Sehat
Kabupaten Jember (Jawa Timur), Pandeglang (Banten)