Jejak Perubahan yang Menyertai Langkah Pak Jorim

Diterbitkan pada | Senin, 03 November 2025

Jejak Perubahan yang Menyertai Langkah Pak Jorim


Nama Kornelius Jorim Manase Pelle, atau akrab disapa Pak Jorim, mungkin terdengar seperti nama guru biasa. Namun di SDN Oeli’i 2, Desa Oematnunu, Kecamatan Kupang Barat, namanya adalah simbol ketekunan dan harapan. Di sekolah yang dulu berdinding papan dan berlantaikan tanah merah itu, ia mengajar dan menanamkan keyakinan bahwa perubahan mungkin terjadi.

 

“Kalau anak berhasil, saya juga dinilai berhasil,” begitu prinsip yang ia pegang teguh.

 

Perjalanan perubahan di SDN Oeli’i 2 dimulai dari kesabaran dan kerja keras. Bertahun-tahun lamanya bahkan setelah diterpa Siklon Seroja, para guru tak letih menyuarakan dan memperjuangkan perbaikan sekolah. Hingga pada Oktober 2023, perjuangan ini berbuah nyata. Tiga ruang kelas baru berdiri megah hasil kolaborasi antara YAPPIKA-ActionAid, Bengkel APPeK, masyarakat setempat, dan para Sahabat.

 

“Dengan segala bentuk macam upaya, daya, tenaga, bahkan materi, kami dibantu dengan tiga ruangan dan peresmiannya terjadi pada Oktober 2023,” kenang Pak Jorim. “Kami sangat berterima kasih karena dalam segala pergumulan dan upaya, ada jawaban dari pihak-pihak yang sangat mempedulikan kami, empati terhadap kami. Kami yakin ini semua dilakukan hanya untuk anak-anak bangsa.”



 

Namun, perubahan tak berhenti di situ saja . Setelah pembangunan ruang kelas, YAPPIKA-ActionAid dan Bengkel APPeK kembali mendampingi dengan menghadirkan sebuah perpustakaan yang menjadi ruang baru bagi anak-anak untuk berimajinasi dan belajar. “Kami bersyukur karena tidak hanya stop di 2023,” ujarnya, “tetapi kemudian kami dibantu lagi dengan membangun perpustakaan.”

 

Bersamaan dengan itu, muncul pula inisiatif untuk memperkuat kualitas belajar bernama Bale Belajar, sebuah kelas tambahan bagi anak-anak yang masih tertinggal dalam kemampuan literasi dan numerasi. “Puji Tuhan, saya salah satu yang ditunjuk sebagai fasilitator Bale Belajar bagian numerasi. Saya sangat menikmati semua proses,” tutur Pak Jorim. Ia dan seorang guru lainnya mendapat evaluasi pada April 2025, dan hasilnya membawa kebanggaan tersendiri. Anak-anak yang dulu kesulitan membaca dan berhitung, kini mampu mengejar ketertinggalannya.

 

Perubahan itu tidak hanya menyentuh murid, tapi juga cara sekolah berhubungan dengan masyarakat. Ketika perbaikan sekolah dimulai, banyak orang tua yang ikut tersentuh untuk membantu semampunya. “Kami merasa ada pihak luar yang peduli,” kata Pak Jorim. “Dan yang luar biasa, orang tua juga ikut tergerak. Mereka antusias menerima dan merawat apa yang sudah dibangun di sini.”

 

Salah satu momen paling mengharukan datang dari mantan muridnya. Ketika seorang alumni datang mendaftarkan anaknya ke SDN Oeli’i 2. Ia berkata dengan nada canda, “Dulu katong datang belajar kaki samua merah tanah, sekarang katong pung anak-anak belajar su deng gedung yang bagus. Bapa ibu dong sekarang pung penampilan su bagus, kaki dong tidak merah lagi.” Kalimat sederhana itu menjadi pengingat bahwa perubahan sejati tidak selalu lahir dari program besar, melainkan dari kepedulian yang tulus dan berkelanjutan.


 

“Namun kita tidak ingin terpaku dengan keadaan yang lalu,” katanya. “Kita mencoba untuk membuat sebuah perubahan. Walaupun belum 100%, tapi perubahan itu luar biasa.”

 

Sebagai fasilitator Bale Belajar, ia juga membangun komunikasi dengan para orang tua. Ia menjelaskan pentingnya kesiapan anak mengikuti kelas tambahan dan mengingatkan agar anak-anak membawa bekal setelah jam sekolah. Upaya sederhana itu membuat orang tua merasa dilibatkan dan menjadi bagian dari proses belajar anak. Cara mengajar Pak Jorim pun ikut berubah sesuai perkembangan zaman dan anak-anak. Setelah mengikuti pelatihan Matematika Gasing (Gampang dan Asik) ia menemukan cara baru membuat pelajaran berhitung menjadi menyenangkan.

 

Bagi Pak Jorim, menjadi guru di SDN Oeli’i 2 adalah panggilan hidup. Ia melihat dirinya sebagai panutan, fasilitator, sekaligus penjaga harapan di tempat yang mungkin tak banyak disorot. “Puji Tuhan,” ucapnya lirih, “karena Tuhan senantiasa menolong saya dengan memberikan hikmat berada di sekolah ini untuk menjadi panutan, fasilitator, sekaligus guru yang baik untuk anak-anak dan masa depan mereka.” Bagi Pak Jorim, perubahan sejati ialah rasa memiliki yang tumbuh antara guru, murid, orang tua, dan seluruh komunitas. Di situlah ia menemukan bahwa pendidikan, pada akhirnya, adalah bentuk kasih yang paling sederhana namun paling kuat.

 

Catatan penulis:

Pak Jorim telah meninggal dunia pada Oktober 2025 dan wawancara ini dilakukan pada Juni 2025. Kasih, kesederhanaan, dan dedikasinya akan selalu melekat di SDN Oeli’i 2 dan di hati para siswa yang diajarnya.

Tag :