Diterbitkan pada | Rabu, 25 Mei 2022
Bali, 25 Mei 2022 - YAPPIKA-ActionAid bersama Federasi ActionAid Internasional menyelenggarakan kegiatan “Pelokalan Aksi Ketangguhan Bencana yang
Dipimpin oleh Perempuan dan Anak Muda: Jalan Menuju Kerangka Kerja Sendai” pada 25 Mei 2022, di Nusa Dua, Bali. Kegiatan ini
merupakan acara khusus yang dilaksanakan perwakilan ActionAid Internasional
yang berasal dari berbagai negara, yaitu Indonesia, Bangladesh,
Kamboja, Vietnam, Malawi, Nepal, Inggris, dan Palestina, serta melibatkan
pemerintah, perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Masyarakat Sipil, dan pemangku
kepentingan. Pertemuan ini membahas implementasi Kerangka Kerja Sendai dalam pelaksanaannya di tingkat lokal hingga global dalam memperkuat upaya
ketangguhan terhadap bencana yang melibatkan perempuan dan pemuda.
Pada
perhelatan ini Reza Rahadian Matulessy, Duta Persahabatan YAPPIKA-ActionAid, menyampaikan pidato kunci
tentang proses pelokalan aksi ketangguhan bencana. Proses tersebut harus memberdayakan segmen populasi yang paling rentan,
terutama perempuan dan kaum muda. Selain
itu, Reza juga mengajak seluruh peserta yang
hadir untuk merumuskan gerakan yang mendukung isu kepemimpinan perempuan pada
aksi kemanusiaan.
“Saya ingin menekankan pada masalah yang berkaitan dengan pergeseran kekuasaan. Ini adalah agenda yang kami anjurkan dalam arti sebenarnya. Memberikan kesempatan kepada warga agar mereka dapat mengambil keputusan sendiri yang kemudian didukung/dibiayai oleh pemerintah dan lembaga pembangunan. Proses pergeseran kuasa melalui peningkatan kapasitas harus difasilitasi”, tegas Reza dalam pidato pembukaannya.
Dalam diskusi panel bersama perwakilan ActionAid
Internasional dari Bangladesh, Nepal, Palestina, dan Kepulauan Fiji, Direktur
Tata Ruang, Pertanahan dan Penanggulangan Bencana BAPPENAS, Drs. Sumedi Andono
Mulyo, MA. Ph.D mengatakan indikasi kesuksesan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) adalah meningkatnya
keterlibatan dan peran perempuan dalam pemberdayaan komunitas. “Kunci
kesuksesan adopsi PRB adalah keterlibatan perempuan. Strateginya adalah memperbanyak
program lewat kementerian, pemerintah bekerja sama dengan NGO, badan pembangunan PBB dan organisasi-organisasi
lain dalam tata kelola PRB, serta memfasilitasi pemerintah lokal untuk meningkatkan gender-based planning PRB”,
kata Sumedi.
Hal senada dikatakan oleh Country Director
ActionAid Bangladesh, Farah Kabir yang mengatakan bahwa perempuan
adalah perespon pertama saat terjadi bencana. Namun, perempuan
kebanyakan berperan di belakang layar. Mereka berjuang melindungi anak-anak
saat bencana terjadi, misalnya saat banjir datang, mereka akan
lebih dulu berjuang menyelamatkan anak-anaknya. “Kami bekerja dengan perempuan untuk
memastikan sumber daya yang mereka punya. Kami juga mengenalkan kepada
anak-anak muda mengenai bencana dan bagaimana menghadapi bencana sehingga
mereka lebih sigap memberikan bantuan saat bencana datang”, kata Farah Kabir.
Dalam kesempatan ini, hadir juga Imas Mas’iyah, perwakilan komunitas dari Desa Tamanjaya Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. Guru di SDN Tamanjaya 2 ini menceritakan keterlibatan warga di desanya sebagai contoh pelokalan PRB. Guru dan wali siswa SDN Tamanjaya 2 didampingi oleh YAPPIKA-ActionAid membentuk Komunitas Sekolah Aman Bencana Berbasis Masyarakat (Kassabar) pasca tsunami Selat Sunda. Sekolah ini turut terdampak tsunami karena lokasinya yang berada di bibir pantai. Menurut Imas, Kassabar mengadakan simulasi bencana dan pelatihan kebencanaan kepada siswa dan wali siswa, serta membuat jalur evakuasi. Komunitas sekolah juga mengajukan kepada Kemedikbudpora Kabupaten Pandeglang agar materi kebencanaan menjadi muatan lokal dalam pembelajaran di sekolah. Pemerintah Kabupaten Pandeglang terkesan dengan ketangguhan komunitas sekolah dalam menghadapi bencana sehingga sekolah-sekolah yang berada di kawasan rawan bencana membentuk komunitas yang disebut Kostana (Komunitas Sekolah Tangguh Bencana).
Menutup perhelatan, Direktur Eksekutif
YAPPIKA-ActionAid Fransiska Fitri mengatakan bahwa acara ini adalah kesempatan emas untuk saling berbagi
pengalaman dan strategi pelibatan perempuan dan pemuda dalam PRB antar negara
yang memiliki kemiripan latar belakang situasi kebencanaan.
Narahubung:
Gabrella
Sabrina
Communication
Officer YAPPIKA-ActionAid