Menjadi Dokter: Antara Pilihan dan Komitmen

Diterbitkan pada | Kamis, 01 Desember 2022

YAPPIKA-ActionAid bekerja sama dengan Yayasan Prakarsa Swadaya Masyarakat (YPSM) Jember dengan dukungan dari Fondation Botnar melaksanakan Program MUTIARA dalam rangka berkontribusi pada peningkatan kesehatan ibu dan anak serta remaja. Berikut secuplik cerita dari dokter yang terlibat dalam Program MUTIARA di Jember.

Namanya dr. Dian Alfiyatul Uliyah, akrab dipanggil dr. Dian. Sulung dari 3 bersaudara ini lahir di Pasuruan pada 36 tahun lalu. Orangtuanya pendatang dari Pasuruan kemudian menetap di Jember. Keduanya berprofesi sebagai guru. Dian kecil bercita-cita menjadi dokter. Saat di bangku SMA cita-cita tersebut berubah seiiring bertambahnya pengalaman dan idealisme. Namun sang ibu selalu mengingatkan Dian, “perempuan itu jangan kerja selain di pendidikan dan kesehatan”. Berbekal nasihat itu, Dian mantap memilih dokter sebagai jalan hidupnya.

Di tahun 2008, Dian resmi menyandang gelar dokter dari Universitas Jember. Hingga tahun 2014, dr. Dian bekerja sebagai dokter umum di RSD Balung Jember. Di tahun itu, dr. Dian diterima PNS di Jember. Sejak itu, dia berdinas di beberapa puskesmas.

Ketika Program MUTIARA diluncurkan, dr. Dian baru saja menjabat Kepala Puskesmas Sumbersari. Ini menjadi awal perkenalannya dengan Program MUTIARA yang dilaksanakan oleh YAPPIKA-ActionAid bekerja sama dengan Yayasan Prakarsa Swadaya Masyarakat (YPSM) Jember bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui deteksi dini kehamilan berisiko menggunakan alat USG portable Lumify.Program MUTIARA menyasar 4 Puskesmas yaitu Sumbersari, Kaliwates, Rambipuji, dan Silo II. 

Selain sebagai Kepala Puskesmas, dr. Dian merangkap dokter umum. “Di program MUTIARA ini, peran saya selain sebagai dokter umum yang dilatih untuk melaksanakan pemeriksaan ibu hamil menggunakan USG, sebagai Kepala Puskesmas Sumbersari saya membuat kebijakan dan alur pelayanan bisa berjalan baik di wilayah Sumbersari”, tandasnya. Puskesmas Sumbersari memiliki alat USG tetapi belum termanfaatkan dengan baik. Dokter yang dilatih saat itu belum bisa menggunakan karena hanya ada satu dokter. Ditambah pandemi Covid-19 membuat fokus layanan puskesmas bergeser pada penanganan pasien Covid-19.

Ketika awal masuk Puskesmas Sumbersari, dr. Dian berpikir, “ada alat USG di sini kok tidak dimanfaatkan dengan baik ya?”. Pasien poli Kesehatan Ibu dan Anak rata-rata 10 orang tiap hari diantaranya ibu hamil sebanyak 4 atau 5 orang. Mungkin karena Puskesmas Sumbersari berada di wilayah kota yang dekat dengan puskesmas lain, rumah sakit, klinik, dan bidan praktek. dr. Dian berpikir memanfaatkan alat USG untuk pemeriksaan ibu hamil apalagi retribusi layanan USG ini gratis. Namun dr. Dian merasa tidak maksimal karena belum mendapat pelatihan, belum percaya diri, dan belum terbiasa dengan alat USG.


dr. Dian (tampak duduk) mengikuti pelatihan penggunaan alat USG Lumify yang diberikan oleh dr. Yonas Hadisubroto, Sp.OG. (tampak berdiri)


Sekarang layanan USG menggunakan alat Lumify di Puskesmas Sumbersari buka setiap hari Selasa dan Kamis. Di hari Selasa layanan USG dilakukan di puskesmas sedangkan di hari Kamis layanan USG dilakukan di wilayah. Selama 2 bulan terakhir ada 50 ibu hamil mendapatkan layanan USG melalui Program MUTIARA. dr. Dian menyadari pentingnya layanan USG bagi ibu hamil terutama Trimester 1 untuk menentukan usia kehamilan. Tantangannya banyak ibu hamil belum pernah memeriksakan kehamilan menggunakan USG sehingga usia kehamilan ditentukan dengan perkiraan dan taksiran persalinan tidak tepat.


dr. Dian sedang melakukan layanan USG untuk ibu hamil menggunakan alat Lumify


Tantangan juga datang dari dr. Dian selaku Kepala Puskesmas. dr. Dian harus menghadiri rapat atau tugas lain tetapi menurutnya semua kembali pada komitmen. Layanan USG di wilayah merupakan komitmennya kepada ibu hamil. dr. Dian akan hadir untuk melakukan layanan USG demi menumbuhkan kepercayaan ibu hamil bahwa layanan USG penting. “Saya berharap bisa memeriksa tidak hanya ibu hamil target MUTIARA tetapi semua ibu hamil Trimester 1 dan 3” pungkasnya.


Cerita lapangan dari YPSM Jember