Diterbitkan pada | Senin, 03 Agustus 2020
(ditulis oleh Bella Agmia, salah seorang relawan YAPPIKA-ActionAid
Pagi sekali saya menaiki KRL dari Bekasi menuju Bogor. Hari itu keadaan di dalam kereta tidak seperti biasanya lebih lowong karena bertepatan dengan longweekend, jadi saya lebih semangat dan pastinya kebagian tempat duduk. Beberapa hari sebelumnya saya mengajukan diri di sebuah undangan untuk ikut serta menjadi relawan di sekolah rusak. Setelah mengisi form, tidak lama saya menerima email untuk mempersiapkan diri. Barakallahu, pada kesempatan ini saya bisa sharing kepada pembaca, bagaimana sih rasanya ikut berkontribusi di sekolah rusak ini? Dan hasilnya ternyata luar bisa dari bayangan saya sebelumnya.
Dari stasiun saya menuju markas/kantor relawan YAPPIKA-Actionaid menggunakan ojol(ojek online) sampai disana teman-teman relawan lainnya sudah berkumpul. hari ini ada dua kelompok yang bertugas, kelompok Serang dan kelompok Bogor. Dari kelompok Bogor ada dua sekolah yang harus dikunjungi, yakni SD Srimurni dan SD Mutiara. Saya sendiri kebagian mengajar kelas 6 di SD Negeri Mutiara, ds.Cibebeur, kec. Leuiliang, kab. Bogor.
Sebelum keberangkatan ketua memberi pengarahan dan pembagian tugas
Perjalanan itu kita tempuh kurang lebih satu setengah jam dari kantor YAPPIKA dan Kopel atau dua jam dari stasiun Bogor. Saya bersama teman-teman lainnya mengendarai mobil pribadi untuk sampai di tujuan. Meskipun smakin lama semakin berliku-liku, dan semakin menyempit jalan terus dilalui. Segera kegelisahan itu terbayar oleh kegembiraan anak-anak yang antusias rebutan bersalaman dengan kami.
Ketika tiba di lokasi, saya tersentak melihat keadaan sekolah tersebut. Antara melihat realita dan semangat mereka rasanya sangat keterbalikan membuat saya terharu. Sekolah SD Mutiara kondisinya rusak parah dan tidak layak. Murid-murid takut untuk belajar disana, karena khawatir puing-puing jatuh mencelakaan mereka. Sehingga banyak orangtua yang memilih sekolah lain (bagi yang mampu) atau pilih tidak meneruskan sekolah anaknya (bagi yang kurang mampu) dan bertahan. jumlah seluruh muridnya dari kelas 1-6 tidak lebih dari seratus anak.
Kondisi sekolah SD Mutiara sangat memprihatinkan
Murid-murid terpaksa belajar di tenda yang hanya dibatasi sekat terpal perkelasnya
Saya memperkenalkan diri kepada mereka, mereka pun bergantian memperkenalkan diri. maju dengan malu-malu, menyebutkan nama, tempat tinggal dan hobi. beberapa kali saya tertawa melihat tingkah dan ekspresi anak-anak yang polos dan lucu. bahkan ada yang belum tau hobi, maka saya menjelaskan “apa itu hobi” dengan sedikit terjemahan bahasa sunda. di tengah-tengah kegiatan saya memberi anak-anak tugas menggambar “cita-cita” mereka, dan hasilnya menakjubkan. anak yang masih kecil ini sudah memiliki gambaran apa yang ingin ia raih di masa depan, meski keterbatasan sekolah tidak menyurutkan semangat yang masih begitu segar di wajah-wajahnya. saya berusaha membangun kedekatan kepada anak-anak, mereka senang di beri motivasi dan kata-kata pujian itu terlihat dari mimik wajahnya yang penuh tawa dan ekspresif.
Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan disini, salah satunya mengenal beraneka ragam karakter anak-anak usia 8-9 tahun. Bukan penyesuaian yang gampang loh, terlebih saya sudah terbiasa mengajar dengan gaya saya yang lebih banyak mengajar anak usia SMP dan SMA. saya belajar berkomunikasi yang menyenangkan dengan mereka terutama belajar bahasa sunda, hehe. Untungnya saya masih darah sunda jadi sedikit nyambung.
Keadaan ini berbeda sekali dengan sekolah-sekolah di kota besar, seperti pembangunan dan fasilitas yang tidak merata. tidak hanya itu yang lebih memprihatinkan, tingkat perkawinan di usia sekolah masih tinggi di daerah ini. anatara usia SMP mereka banyak yang lebih memilih menikah. selain faktor lingkungan, pihak dari orangtua pun lebih mendukung anaknya menikah daripada sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
yang saya lihat dari mereka adalah secercah harapan bangsa. oleh karena itu, tidak hanya sekedar mengucapkan hari pendidikan di media sosial tetapi ingin ikut bekontribusi nyata untuk mereka. melalaui YAPPIKA-Actionaid saya bisa menjadi relawan satu hari di sekolah rusak. YAPPIKA adalah organisasi nirlaba yang telah bekerja selama 25 tahun untuk menyuarakan ketidakadilan dan kemiskinan serta mendesak pemerintah dalam hal pemenuhan hak pelayanan publik. Tahun 2016, YAPPIKA bergabung menjadi anggota Actionaid, sebuah organisasi nirlaba internasional yang memiliki visi dan misi yang sama yaitu mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan sosial di seluruh dunia. nama YAPIKKA kini menjadi YAPPIKA-ActoinaAid.
saya yakin bahwa semua anak indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk bermimpi dan meraih cita-cita. karena semua anak terlahir cerdas dengan kemampuan uniknya masing-masing, selama itu bermanfaat untuk orang lain. semoga langkah kecil saya dan teman-teman lainnya mampu membangkitkan semangat mereka agar tetap bertahan dan tidak takut untuk bermimpi menjadi bersinar suatu saat nanti. jika 1,2, 10 orang saling membantu dan memotivasi apalagi jika seluruh masyarakat ikut berperan bergotong royong mendukung pendidikan yang lebih baik lagi, pasti dampaknya akan lebih besar, dan merata. setiap hari adalah hari pendidikan! selamat hari pendidikan
Ditulis di https://www.agmiabella.com/2018/06/sehari-menjadi-relawan-di-sekolah-rusak.html?m=1