Selamatkan Indonesia dari Kepentingan dan Ambisi Kekuasaan Jokowi, Keluarga, serta Kroni-kroninya: Kembalikan Indonesia untuk Kepentingan Rakyat Seluruhnya

Diterbitkan pada | Jumat, 02 Februari 2024

 

PETISI MASYARAKAT SIPIL


Selamatkan Indonesia dari Kepentingan dan Ambisi Kekuasaan Jokowi, Keluarga, serta Kroni-kroninya: Kembalikan Indonesia untuk Kepentingan Rakyat Seluruhnya


 


Negara Republik Indonesia dibangun dan didirikan tidak untuk kepentingan segelintir orang, kelompok atau keluarga, tapi untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Di negara ini kekuasaan tidak boleh hanya dimonopoli, didominasi, dan dikuasai oleh kalangan terbatas, karena hal tersebut bertentangan dengan semangat dan cita-cita pendirian negara Indonesia. Fakta-fakta historis dan kekinian dengan sangat jelas menunjukkan bahwa penguasaan negara dan sumber daya di dalamnya oleh segelintir orang, keluarga, dan penguasa telah meminggirkan dan merampas hak-hak rakyat di negara ini.


Cukup sekali saja rakyat mengalami rezim otoriter yang dikuasai oleh Soeharto, keluarga, dan kroni- kroninya selama 32 tahun. Berbagai kasus pelanggaran HAM berat terjadi pada masa Orde Baru dan kekayaan negara pada masa itu dinikmati secara terbatas oleh segelintir elite yang berada dalam lingkaran kekuasaan Soeharto. TAP MPR X/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) menyebutkan bahwa dalam  penyelenggaraan negara semasa Pemerintahan Soeharto telah terjadi praktik-praktik usaha yang  lebih menguntungkan sekelompok tertentu yang menyuburkan korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang melibatkan para pejabat negara dengan para pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi penyelenggaraan negara dalam berbagai aspek kehidupan nasional. TAP MPR menegaskan bahwa hal itu tidak boleh terulang di masa depan.


Kami masyarakat sipil menilai majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto nyata-nyata mengabaikan agenda reformasi 1998. Pencalonan Gibran sarat dengan praktik KKN, serta melanggar etika Konstitusi. Tidak ada kepentingan rakyat yang diwakilinya, karena kepentingan utamanya adalah untuk mengamankan dan melanggengkan kekuasaan pribadi, keluarga, dan kroni-kroni Jokowi. Ini jelas tidak sejalan dengan tujuan Negara sebagaimana tertuang di dalam Konstitusi dan mengancam hak-hak konstitusional warga.


Gibran tidak layak menjadi Calon Wakil Presiden karena lahir dari proses yang merusak etika kehidupan bangsa dan tidak konstitusional. Pencalonan Gibran menginjak-injak akal sehat kita dalam berbangsa dan bernegara serta mengingkari Konstitusi. Hal ini terlihat  secara  terang  benderang ketika terjadi pembajakan terhadap Mahkamah Konstitusi (MK) oleh kekuasaan untuk memuluskan langkah pencawapresan Gibran Rakabuming Raka, anak Presiden Jokowi. Pembajakan yang sarat dengan nepotisme tersebut sulit dibantah mengingat Anwar Usman, Ketua Majelis Hakim dalam persidangan MK saat itu, memiliki hubungan kekerabatan dengan Presiden Jokowi dan putranya Gibran Rakabuming Raka. Dengan demikian, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-XXI/2023 yang memberi dan memuluskan jalan bagi Gibran untuk maju sebagai Cawapres Prabowo Subianto jelas sarat KKN.


Putusan MKMK yang jelas menyatakan terjadi pelanggaran etik berat tidak digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi, bahkan membatalkan pencalonan Gibran sebagai Cawapres. Pada realitasnya, Gibran tetap dan terus dicalonkan. Hal ini sesungguhnya menunjukkan bagaimana kekuasaan Jokowi, keluarga dan kroni-kroninya benar-benar telah membajak lembaga negara. Mereka tidak lagi memedulikan etika dan prinsip-prinsip dasar dalam Konstitusi Negara. Semua hal diakali demi mengamankan dan melanggengkan kekuasaan Jokowi, keluarga, dan kroni-kroninya.


Sementara Prabowo juga sesungguhnya tidak pantas untuk mencalonkan diri dan dipilih sebagai Presiden Indonesia mendatang, mengingat dia merupakan orang yang  bertanggungjawab  dalam kasus penculikan dan penghilangan orang secara paksa pada 1997-1998. Fakta sejarah telah membuktikan bahwa Prabowo Subianto dipecat dari dinas kemiliteran karena terlibat dalam peristiwa penculikan aktivis tersebut. Hingga saat ini, Prabowo cenderung menghindar dari proses hukum yang dilakukan oleh Komnas HAM.


Di sisi lain selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto juga berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan hidup melalui proyek Food Estate, terutama di Kalimantan Tengah. Proyek tersebut telah menyebabkan deforestasi besar-besaran dan konflik agraria.

Kami masyarakat sipil menyatakan bahwa pasangan Prabowo-Gibran tidak pantas dan tidak layak dipilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden pada Pilpres 2024. Sudah saatnya demokrasi dan konstitusi diselamatkan, agar negara ini tidak hanya dikuasai oleh Jokowi, keluarga, dan kroni- kroninya, akan tetapi dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia seluruhnya. []



Jakarta, 1 Februari 2024


 


Organisasi:

 

1.       Imparsial

2.       WALHI

3.       ELSAM

4.       Indonesia Corruption Watch (ICW)

5.       Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI)

6.       KontraS

7.       Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)

8.       Centra Initiative

9.       SETARA Institute

10.      PERLUDEM


11.      HRWG

12.      ICJR

13.      Koalisi Perempuan Indonesia (KPI)

14.      Migrant CARE

15.      IKOHI

16.      PIKUL

17.      FRD (Forum Rakyat Demokratik) untuk Keadilan Keluarga Korban Penghilangan Paksa

18.      The Institute do Ecosoc Rights

19.      LBH Masyarakat

20.      Forum de Facto

21.      Lingkar Madani Indonesia

22.      Public Virtue

23.      Transparansi Internasional Indonesia (TII)

24.      Social Movement Indonesia (SMI)

25.      Caksana Institute

26.      Medialink

27.      Jaringan Solidaritas Keadilan Korban Kanjuruhan (JSKK) Malang

28.      LBH Pers

29.      Yayasan TIFA

30.      Lingkar Kajian Demokrasi dan HAM (Link-DeHAM) FISHIPOL UNY

31.      Maluku Crisis Center (MCC)

32.      Moluccas Democratization Watch (MDW)

33.      Gerakan Lintas Budaya Foundation (GLBF)

34.      Lembaga Advokasi dan pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Sulsel

35.      Forum Bhinneka Tunggal Ika

36.      SAJAJAR

37.      KAPAL Perempuan

38.      Yayasan Pemerhati Masalah Perempuan (YPMP) Sulsel

39.      Ruang Mitra Perempuan (RUMPUN) Indonesia - Malang

40.      Koalisi Perempuan untuk Kepemimpinan (KPuK) - Malang

41.      Yayasan Bina Swagiri Indonesia (YBSI)

42.      Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat (JPPR)

43.      YKPM Sulsel

44.      Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta

45.      YTM Sulawesi Tengah

46.      Rumpun Malang

47.      Swaranusa Institut Kulonprogo

48.      Cak Timur Surabaya

49.      Forum Masyarakat Pemantau untuk Indonesia Inklusif (FORMASI Disabilitas)

50.      Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (PerDIK) Sulawesi Selatan

51.      Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Jogjakarta.

52.      Koalisi NGO HAM (Aceh)

53.      Institut Dayakologi

54.      Ide dan Analitika Indonesia (IDEA)

55.      KontraS Aceh

56.      Rumah Mama Sulawesi Selatan

57.      Yayasan Cahaya Guru (YCG)

58.      Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) Yogyakarta

59.      SAFEnet

60.      ASPPUK

61.      Forum LSM DIY

62.      Solidaritas Perempuan Kinasih Yogyakarta

63.      Koalisi Lintas Isu DIY

64.      Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)

65.      Yayasan Satu Keadilan (YSK)

66.      Bidang Keadilan dan Perdamaian

67.      Yayasan Sekretariat Anak Merdeka Indonesia (SAMIN)

68.      International NGO Forum on Indonesian Development (INFID)

69.      Sikola Mombine, Sulawesi Tengah

70.      Dewan Pimpinan Nasional Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (DPN SPRI)

71.      Dewan Pimpinan Wilayah Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (DPW SPRI) DKI Jakarta

72.      Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER)

73.      GeRAK ACEH

74.      Komunitas Penggiat Lingkungan Untuk Perubahan

75.      Yayasan Lembaga Konsumen (YLK) Sulsel

76.      Sekolah Rakyat Petani PAYOPAYO Sulsel

77.      Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia

78.      Radar Demokrasi Indonesia (RDI)

79.      Saya Perempuan Antikorupsi (SPAK Indonesia)

80.      Indonesian Center for Environmental Law (ICEL)

81.      Forum Cik Ditiro Yogyakarta

82.     Lingkar Keadilan Ruang

83.     Indonesian Parliamentary Center (IPC)

84.     SGRC Indonesia

85.     Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta

86.     Samahita Foundation

87.     DROUPADI

88.     Institut DIAN/Interfidei, Yogyakarta

89.     Kelompok Tani Kampung Bayam MADANI

90.     WALHI Maluku Utara

91.     WALHI Nusa Tenggara Barat

92.     Forum Informasi dan Komunikasi Organisasi Non Pemerintah (FIK ORNOP) Sulawesi Selatan

93.     Yayasan Masagena Center Sulawesi Selatan

94.     Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD)

95.     WALHI Jawa Barat

96.     Perempuan Berkisah

97.     WALHI Riau

98.     WALHI Yogyakarta

99.     Relawan Pemuda Peduli Perempuan dan Anak

100.    Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK)

101.    WALHI Aceh

102.    WALHI Kalimantan Barat

103.    SOBAT KBB

104.    Pelita Padang

105.    Paritas Institute

106.    YLBHI-LBH Yogyakarta

107.    WALHI Kalimantan Selatan

108.    WALHI Kepulauan Bangka Belitung

109.    HMI Komisariat Hukum Universitas Brawijaya

110.    WALHI Jawa Timur

111.    WALHI Kalimantan Tengah

112.    Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya

113.    LYMI Malang

114.    WALHI Sulawesi Barat

115.    WALHI Sulawesi Selatan

116.    Konsil LSM Indonesia

117.    Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (BEM FH UI)

118.    KEMITRAAN

119.    WALHI Jambi

120.    Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA)

121.    WALHI Sulawesi Tenggara

122.    Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK)

123.    Pusat Kajian dan Advokasi Hak Asasi Manusia (PUSPAHAM) Sulawesi Tenggara

124.    Komunitas Desa (Komdes Sulawesi Tenggara)

125.    JALA PRT

126.    YAPPIKA

127.    Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas Andalas

128.    Cahaya Perempuan WCC

129.    Katahati Institute (Aceh)

130.    Forum LSM Aceh

131.    WALHI Jawa Tengah

132.    WALHI Sumatera Barat

133.    Institute Cross Cultural Studies

134.    Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA)

135.    WALHI Bengkulu

136.    NOMADEN

137.    Swadaya Mitra Bangsa (YASMIB)

138.    Yayasan Prakarsa Swadaya Masyarakat (YPSM) Jember

139.    Yayasan Pujiono Centre Indonesia

140.    WALHI Sulawesi Tengah

141.    WALHI Lampung

142.    Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA)

143.    WALHI Nusa Tenggara Timur

144.    WALHI Papua

145.    WALHI Jakarta



Individu:

1.        Suciwati (Istri Alm. Munir)

2.        Sumarsih (Ibu Kandung Wawan, Korban Semanggi I, 13 November 1998

3.        Paian Siahaan (Orang Tua Korban Penghilangan Paksa 1997/1998, Ucok Munandar Siahaan)

4.        Romo Frans Magnis-Suseno (Filsuf)

5.        Halida Nuriah Hatta (Pemerhati Masalah Kenegaraan/Sarjana Ilmu Politik)

6.        Prof. Ikrar Nusa Bhakti, Ph.D. (Ilmuwan Politik)

7.        Prof. Sulistyowati Irianto (Akademisi UI)

8.        Prof. Muhammad AS Hikam (President University)

9.        Prof Dr Zuly Qodir (Sosiolog)

10.       Prof. Dr. Masduki (Akademisi UII-Aktivis Media)

11.       Petrus Hariyanto (Korban Penangkapan dan Penculikan Aktivis)

12.       Butet Kartaredjasa (Seniman/Budayawan)

13.       Riri Riza (Sutradara)

14.       Happy Salma (Artis)

15.       Olivia Zalianty (Artis)

16.       Faisal Basri (Ekonom)

17.       Eep Saefulloh Fatah (Ilmuwan Politik)

18.       Romo Antonius Benny Susetyo

19.       Pdt. Victor Rembeth (Rohaniwan Kristen)

20.       KH Rakhmad Zailani Kiky (Kepala LPL)

21.       Zumrotin K Susilo (Aktivis Senior)

22.       Roichatul Aswidah, M.A.

23.       Pandji Pragiwaksono (Komika)

24.       Ray Rangkuti (Lima Indonesia)

25.       Usman Hamid (Public Virtue)

26.       Mangadar Situmorang, Ph.D (Akademisi)

27.       Okky Madasari (Sosiolog dan Sastrawati)

28.       Dr. Zainal Arifin Mochtar (Akademisi)

29.       Dr. Widodo Dwi Putro (Akademisi)

30.       Bivitri Susanti (Akademisi)

31.       Feri Amsari (Akademisi)

32.       Dr. Connie Rahakundini Bakrie, M.Si (Akademisi)

33.       Wahyu Susilo (Korban penangkapan, adik Wiji Thukul, Korban Penghilangan Paksa 1997-1998)

34.       John Muhamad

35.       Andi Panca Kurnia (Watchdoc)

36.       Ghufron Mabruri

37.       Asfinawati

38.       Muhammad Isnur (YLBHI)

39.       Julius Ibrani

40.       Yati Andriyani

41.       Nong Darol Mahmada

42.       Adnan Topan Husodo (Aktivis Anti korupsi)

43.       Benny D Setianto (Unika Soegijapranata)

44.       Togap Marpaung, Inspirator Gerakan Anti KKN Alumni UI (GAKKNAUI)

45.       Abdur - Abdurrahim Arsyad (Komedian)

46.       Jimmy Radjah (Jurnalis)

47.       Ikhsan Tualeka

48.       Heru Hendratmoko

49.       Ramadhaniati, Direktur LP2M Padang

50.       Nurlia Dian Paramita (Pegiat Pemilu-JPPR)

51.       Aji Pangestu (Pegiat Pemilu-JPPR)

52.       Ririn Sefsani (Aktivis ‘98 dan Pegiat Bumikecil)

53.       Airlangga P Kusman (Sosiolog)

54.       Sugeng Bahagijo (Aktivis Senior)

55.       Iwan Misthohizzaman (Aktivis, Tangerang Selatan)

56.       Henrek Lokra

57.       Alita Karen (Makassar)

58.       Karno Batiran (Pengorganisir Rakyat, Sulawesi Selatan)

59.       Budhis Utami (Depok, Jawa Barat)

60.       Mulyadi Prayitno (Aktivis)

61.       Jojo Rohi (Pemantau Pemilu - KIPP)

62.       Muhammad Ansor

63.       Miryam Nainggolan

64.       Lusia Palulungan

65.       Emmy Astuti

66.       Trisna Dwi Yuni Aresta (Mahasiswa Magister Hukum Kenegaraan UI)

67.       Ariel Sinaga (Mahasiswa Magister Hukum Kenegaraan UI)

68.       Jopie Papilaja (Dosen dan Mantan Walikota Ambon)

69.       Deddy Prihambudi

70.       Bonar Tigor Naipospos (Aktivis Senior)

71.       Raja Asdi (Gerakan Lintas Budaya Foundation/GLBF)

72.       Yohanes da Masenus Arus

73.       Rio Ayudhia Putra (Lintas Generasi AKTIVIS PRO JAKARTA)

74.       M. Beniqno Nasha Mahatma (Pengusaha muda)

75.       Ade Miranda (Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Solo)

76.       Nael Renate Wicaksono (Pekerja Start-up)

77.       Arreliyan Putra Mahendra (Pekerja Swasta)

78.       Didi Oerip Affandi

79.       Jack Faisal (Solidaritas Masyarakat Jakarta Utara/SMJU)

80.       Adjie Rimbawan (FASTA)

81.       Rafendi Djamin (Penggiat HAM)

82.       Arimbi Heroepoetri

83.       Audy Wuisang (DPP PIKI)

84.       Maskur Hasan (Aktivis, Temanggung)

85.       Steve Josh Tarore (Aktivis Radar Demokrasi Indonesia)

86.      Arjuno Putra Aldino (GMNI)

87.       A. Nina Basira (Makassar)

88.       Muhammad Hafiz, M.Sos

89.       Firdaus Hasan (Makassar)

90.       Listia Suprobo (Pegiat Kebhinekaan, Yogyakarta)

91.       Ellen Kusuma

92.       Ni Loh Gusti Madewanti

93.       Ayu R. Yolandasari

94.       Eko Prasetyo (SMI)

95.       Pdt. A. Elga J. Sarapung (Yogyakarta)

96.      Zain N. Haiqal

97.      Darwin Darmawan (Tokoh Agama, Jawa Barat)

98.      Farisah Shabrina Mujahidah

99.      Zenzi Suhadi

100.     Syahrin Shafa Akhsania

101.     Haikal Alfarizi

102.     Teuku Kemal Fasya (Akademisi Aceh)

103.     Kisran Makati (PUSPAHAM SULTRA)

104.     Imanche Al Rachman

105.     Damairia Pakpahan

106.     Cyprianus Lilik Krismantoro Putro (Yogyakarta)

107.     Patrick Pasassung (Sulawesi Tenggara)

108.     Ika Ardina

109.     Arivia Dara

110.     Charles Simabura

111.     Ani Soetjipto

112.     Agus Sulistyo Christinawati (Purbalingga)

113.     Ahmad Masihudin (Aktivis, Jakarta)

114.     Ahmad SM

115.     Eliakim, Jaringan Antar Iman Indonesia

116.     Ahmad Zainuddin, S.Pd, M.Fil. (Akademisi)

117.     Basilisa Dengen (Anggota Watch Indonesia! e.V. Berlin)

118.     Cut Asmaul Husna (Akademisi)

119.     Giyatmi (Akademisi)

120.     Janty Jie (Diaspora Indonesia peduli demokrasi)

121.     Kandali Ahmad Lubis (Jakarta)

122.     Maria Anik Tunjung Wusari

123.     Muslimin Abdilla, Guru, Jombang

124.     Roedy Haryo Widjono AMZ (Budayawan, Samarinda)

125.     Siswo Mulyartono (Pegiat Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan)

126.     Sri Rusminingtyas

127.     Sylvia Tiwon

128.     Tety Sumeri

129.     Titi Irawati (Ibu rumahtangga)

130.     Ali Paganum