Diterbitkan pada | Jumat, 09 Mei 2025
Partisipasi orang muda menjadi kunci dalam menjaga kebebasan sipil dan memastikan suara rakyat tetap didengar. Forum multi-stakeholder sebagai bentuk aksi kolektif yang diinisiasi oleh organisasi dan/atau komunitas orang muda di Jabodetabek menunjukkan bahwa orang muda bukan sekadar penonton politik, melainkan juga berperan sebagai aktor perubahan.
Dalam acara
yang berlokasi di Ruang Bersama, Cikini, Jakarta Pusat ini hadir 10 komunitas
orang muda yang tergabung dalam Program PRINSIP Indonesia dari wilayah Jakarta, Bogor dan
sekitarnya seperti Lab Demokrasi, Sosial Justice Indonesia, Blok Politik
Pelajar, Indonesia Education Watch, Pojok Literasi Bogor, Lingkar Studi
Feminis, dan sebagainya. Mereka menyerahkan rekomendasi kebijakan yang
disusun secara kolektif kepada perwakilan Komisi X DPR RI Ledia Hanifa, Staf
Ahli Menteri Bidang Regulasi Manusia Biyanto, Sekretaris Tim Pelanggaran HAM
Berat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Eko Dahana dan Analis Kementerian Hukum
Pramoedya. Rekomendasi kebijakan ini
berisi analisis kritis dan rekomendasi konkret mengenai kondisi pendidikan dan
demokrasi di Indonesia dari perspektif orang muda.
Tanpa
Pendidikan Kuat, Demokrasi Bisa Runtuh
Bagaimana mungkin
demokrasi bisa berkembang jika pendidikan masih tertinggal? Pendidikan adalah
pilar utama bagi demokrasi yang sehat, tetapi di Indonesia, fondasi ini semakin
rapuh akibat berbagai tantangan yang belum teratasi. Pemangkasan anggaran pendidikan
melemahkan pembangunan infrastruktur dan penyediaan fasilitas belajar.
Pemerintah
menerapkan kebijakan pemangkasan anggaran di berbagai kementerian hingga
tingkat pemerintah daerah. Kebijakan ini juga berdampak pada Kemendiktisaintek
RI, yang mengalami pengurangan sebesar Rp. 14,3 triliun dari total anggaran Rp.
56,6 triliun. Sementara itu, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah
(Kemendikdasmen) mengalami pemotongan Rp8 triliun dari anggaran awal Rp. 33,5
triliun, sehingga tersisa Rp. 25,5 triliun untuk dikelola sepanjang tahun,
terutama di daerah terpencil.
Di banyak daerah
terpencil, fasilitas belajar yang layak sangat minim. Pemotongan anggaran
menyebabkan sekolah-sekolah tidak dapat melakukan rehabilitasi bangunan yang
rusak atau menyediakan alat belajar yang diperlukan. Misalnya, laporan dari
YAPPIKA tahun 2021 menunjukkan bahwa banyak sekolah di Serang dan Bogor
mengalami kerusakan parah, dengan siswa seperti Tasya dari SDN Bugel yang
mengungkapkan ketakutannya terhadap kondisi kelasnya yang hampir roboh.
Ketimpangan akses pendidikan antara kota dan desa
memperdalam kesenjangan sosial, yang pada akhirnya menghambat partisipasi
politik masyarakat. Kurikulum yang
belum inklusif dan tidak relevan dengan perkembangan zaman gagal mencetak
generasi yang berpikir kritis dan aktif dalam demokrasi. Sementara itu,
kesejahteraan guru honorer yang masih minim memperburuk kualitas pendidikan,
mengancam lahirnya sumber daya manusia yang berdaya saing.
Kualitas
demokrasi Indonesia terancam merosot jika pemerintah tidak segera mengatasi
masalah mendasar dalam pendidikan, seperti minimnya fasilitas, ketidakmerataan
akses, kurikulum yang belum inklusif, dan kesejahteraan guru honorer yang
memprihatinkan. Kekhawatiran muncul akan hilangnya generasi penerus yang kritis
dan berani berpendapat, yang esensial bagi partisipasi politik yang bermakna.
Peran Koalisi
Kebebasan Berserikat dalam Memfasilitasi Gerakan Orang Muda
Dalam konteks
inilah, Koalisi Kebebasan Berserikat (KKB) mengambil peran strategis
dengan memfasilitasi perumusan rekomendasi kebijakan dari komunitas dan
organisasi orang muda di Jabodetabek. Melalui Program PRINSIP Indonesia, KKB
membuka ruang-ruang pembelajaran lintas isu untuk komunitas orang muda, mempertemukan
beragam perspektif dalam memahami situasi ruang sipil saat ini—dari kebebasan
berekspresi hingga partisipasi politik.
Proses pembelajaran kolektif ini membangun kesadaran kritis
sekaligus memperkuat solidaritas antar komunitas. Forum-forum diskusi yang
difasilitasi KKB menjadi landasan bagi komunitas untuk mengidentifikasi
masalah, merumuskan solusi, hingga menyusun rekomendasi kebijakan yang konkret.
Puncaknya, forum multi-stakeholder menjadi bentuk nyata dari aksi kolektif
orang muda untuk memperkuat ruang sipil dan mendorong pemangku kepentingan agar
lebih responsif terhadap aspirasi dan partisipasi generasi muda.
Langkah Solutif untuk Pendidikan yang Lebih Baik dari
Policy Brief Komunitas Orang Muda Program PRINSIP di Jabodetabek
Beberapa langkah penting perlu diambil untuk memperkuat
demokrasi di masa depan:
Pemerintah perlu memastikan alokasi anggaran pendidikan
minimal 20% dari APBN digunakan secara efektif, terutama untuk pembangunan
sekolah dan fasilitas pendidikan di daerah terpencil. Investasi ini akan memastikan akses pendidikan
yang setara bagi semua anak bangsa.
Kurikulum harus diperbarui agar lebih adaptif dengan
kebutuhan zaman, termasuk memperkuat literasi digital, pendidikan karakter,
serta pemahaman tentang demokrasi dan partisipasi sosial. Pendidikan yang relevan akan mencetak generasi
yang lebih kritis dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemerintah harus menetapkan standar gaji minimum bagi guru honorer serta memperjelas mekanisme pengangkatan mereka menjadi ASN. Dengan kesejahteraan yang lebih baik, kualitas pengajaran dapat terjaga, sehingga menghasilkan lulusan yang lebih kompetitif dan demokratis.
Pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter dan kesadaran demokrasi. Jika masalah-masalah ini tidak segera diatasi, maka masa depan demokrasi Indonesia akan semakin terancam. Oleh karena itu, komitmen dari semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta, sangat dibutuhkan untuk memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas bagi seluruh anak bangsa.
Pendidikan yang berkualitas harus berjalan seiring dengan
upaya menjaga demokrasi yang sehat. Tanpa akses pendidikan yang merata,
kesadaran akan hak dan kewajiban dalam demokrasi sulit berkembang. Oleh karena
itu, beberapa langkah penting perlu diambil untuk memperkuat demokrasi di masa
depan:
Demokrasi yang kuat dan pendidikan yang berkualitas adalah
dua pilar utama bagi kemajuan bangsa. Dengan memastikan kedua aspek ini tetap
terjaga, Indonesia dapat terus melangkah maju sebagai negara yang berdaya,
berdaulat, dan menjunjung tinggi hak-hak warganya.
Penyerahan kertas kebijakan kepada pemangku kepentingan
strategis menandai penutupan diskusi forum multi-pihak ini. Meski demikian,
menjaga dan memperjuangkan demokrasi Indonesia agar tetap hidup, kuat, dan
berkembang adalah tanggung jawab bersama seluruh warga negara.