Diterbitkan pada | Senin, 03 Agustus 2020
SDI Hoba Jangi adalah salah satu sekolah yang terletak diwilayah Desa Baliloku, Kecamatan Wanukaka. SDI tersebut memiliki jumlah Siswa 85 orang. Di anatara 85 orang itu, seorang murid bernama Eksan Datu Koda dinyatakan tinggal kelas oleh para Guru. Eksan dinyatakan tinggal kelas karena berbagai alasan, antara lain Eksan selalu terlambat dalam belajar, tidak fokus bila berada dalam kelas, dan tingkat kehadiran yang sangat kurang. Dalam penentuan kenaikan kelas saat itu juga sempat terjadi perdebatan antara guru, karena Eksan Dato Koda sudah pernah tahan kelas sebanyak 3 kali, akan tetapi pihak sekolah tetap mengambil langkah tersebut, karena jika dipaksakan untuk naik kelas maka Eksan akan mengalami kesulitan karena akan menghadapi Ujian Naisonal.
Libur kenaikan kelas telah selesai, dan saat itu juga Eksan tidak lagi bersekolah. Tak ayal, guru-guru pun mulai mempertanyakan keberadaan Eksan. Setelah 1 bulan berlalu, seorang Guru bernama Bapak Mawu Lobu melakukan kunjungan kerumah orang tua Eksan dan menanyakan kenapa anak bapak atau ibu tidak bersekolah. Jawaban mereka begitu sederhana: Eksan merasa malu karena dirinya tahan kelas berulang kali, sedangkan teman-teman yang lain naik kelas. Saat itu juga Guru menghimbau orang tua agar dapat mengantarkan anaknya untuk kembali sekolah, bahkan guru juga menyampaikan bahwa Eksan adalah anak siswa penerima KIP, jika Eksan tidak bersekolah maka uang tersebut akan dikembalikan.
Dua bulan terlewati namun Eksan tetap tidak kembali sekolah. Jika anak tersebut melihat bapak dan ibu guru, maka Eksan akan lari dan bersembunyi, dan itu berlangsung setiap harinya. Pihak sekolah tidak memilki cara lagi untuk mengembalikan Eksan ke sekolah dan dibiarkan begitu saja.
Setelah dilakukan identifikasi anak putus sekolah, maka Eksan menjadi salah satu anak yang wajib dikembalikan ke sekolah. Dengan adanya pertemuan Komunitas sekolah, para koordinastor dan anggota komunitas lainnya sepakat untuk melakukan kunjungan rumah dan pendekatan kepada orangtua Eksan, sehingga Pada tanggal 13 Oktober 2018 seorang Guru bernama Bapak Danial Tida Rina dan Pendamping lapangan melakukan kunjungan kerumah orang tua Eksan dan bertemu dengan orang tuanya di kampung Weepaila. Setibanya di sana, mereka bertemu ibunya atas Kua Yowi dan bapak saudara atas nama Mone Ngila. Kami menyampaikan tujuan kedatangan untuk bertemu bapak dan mama dari Eksan. Saat itu ibunya menyampaikan bahwa orang tua sering kali menyuruh untuk pergi sekolah, namun selalu mengatakan malu,karena teman seangkatannya sudah duduk di bangku SLTP, alasan yang kedua adalah Eksan merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara, sehingga mendapatkan kasih sayang yang berlebihan, bahkan jika ada acara keluarga kan bolos berhari-hari dan orang tuanya merasa biasa saja. Aktivitas sejak tidak sekolah hanya bermain. Kendala yang dihadapi orang tua adalah kurangnya perhatian dan kontrol orang tua terhadap pendidikan.
Bapak Guru (Daniel Tida Rina) menyampaikan pesan bahwa orang tua Eksan atas nama Kua Yowi boleh terlibat dalam kegiatan komuitas, agar mendapatkan pengetahuan dan belajar bersama terkait bagaimana pentingnya pendidikan dan dapat menyampaikan harapan dalam pendidikan di SDI Hoba Jangi.
Kunjungan berikutnya bapak guru menemui bapak Eksan dan menyampaikan akan melakukan pendampingan belajar kepada Eksan agar tetap mendapatkan hak dalam berpendidikan, dan dalam pertemuan komunitas telah dibahas dan disepakati bahwa guru akan melakukan kegiatan belajar mengajar diluar jam belajar untuk membimbing Eksan, dan melihat secara langsung kendala yang dialami Eksan selama ini.