Program Desa Sehat Beri Rekomendasi Kebijakan Pencegahan Stunting ke Sekretariat Wakil Presiden

Diterbitkan pada | Sabtu, 15 Februari 2025

Program Desa Sehat Beri Rekomendasi Kebijakan Pencegahan Stunting
ke Sekretariat Wakil Presiden

Wonosobo—Desa Sikunang, yang terletak di ketinggian 2.088 meter di atas permukaan laut (MDPL) di kawasan Dieng Plateau, tampak lebih ramai dari biasanya karena kunjungan dari Sekretariat Wakil Presiden pada 14 Februari 2025. Kunjungan ini bertujuan untuk memantau percepatan penurunan stunting di Kabupaten Wonosobo. Dalam kesempatan tersebut, tim program Desa Sehat banyak berdiskusi dan memberikan rekomendasi kebijakan peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) kepada tim Sekretariat Wakil Presiden  yang hadir.

 

Desa Sikunang menjadi lokasi kunjungan Sekretariat Wakil Presiden karena program Desa Sehat dianggap sebagai percontohan yang berhasil. Direktur Eksekutif KITA Institute, Eka Munfarida Irfiani, berharap agar program ini dapat direplikasi di daerah lain. Salah satu kegiatan unggulan dari program Desa Sehat, yaitu kelas ibu hamil yang melibatkan suami, telah direplikasi oleh Dinas Kesehatan di lima Puskesmas di Wonosobo.

 

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan dan Pembangunan Sumber Daya Manusia, Prof. Dr. Dadan Wildan, M. Hum, menjelaskan bahwa kunjungan ini adalah bagian dari upaya untuk lebih memahami isu stunting. Sekretariat Wakil Presiden telah mengunjungi berbagai wilayah, termasuk Sanggau, Banyumas, dan Wonosobo, untuk melihat langsung implementasi program penurunan stunting di lapangan.


Dari kunjungan-kunjungan ini kami ingin melihat bagaimana realita di lapangan, dan kami ingin merumuskan kebijakan yang lebih baik dan merumuskan stranas penurunan stunting, dan targetnya di 2045 tidak ada lagi stunting atau minimal di bawah 10%,” ujar Dadan.

Setelah berdiskusi dan melihat ragam kegiatan di Desa Sikunang, seperti kelas ibu hamil dan kebun gizi, Dadan cukup terkesan. Banyak Inovasi yang sudah dijalankan oleh pemerintah desa, dengan melibatkan pihak ketiga yaitu Organisasi Masyarakat Sipil (OMS).

“Kelas Ibu hamil yang melibatkan para suaminya, ini merupakan terobosan baru. Ini penting agar adanya support system mendukung saat ibu hamil, melahirkan hingga 1000 hari pertama kehidupan. Adanya kebun gizi juga ini sangat bagus, dua program ini saya kira ini bisa diterapkan di berbagai daerah di Indonesia,” tambah Dadan.


Para Ibu hamil dan pasangan mendapatkan edukasi kesehatan  melalui kelas Ibu Hamil di Desa Sikunang

Walaupun terdapat sejumlah pencapaian dalam peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak, baik yang dilakukan oleh Program Desa Sehat atau  pemerintah daerah, namun YAPPIKA-ActionAid mencatat masih ada sejumlah masalah yang perlu dihadapi di tahun 2025.

Hardiyanto, Koordinator Program Desa Sehat, YAPPIKA-ActionAid, mencontohkan  adanya kebijakan efisiensi anggaran pemerintah yang menyebabkan pemotongan anggaran di berbagai aspek, termauk di Bidang Kesehatan. Walaupun ada efisiensi anggaran, pemerintah tidak boleh mengorbankan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, terutama layanan kesehatan tingkat pertama dan program jaminan kesehatan. Alokasi anggaran untuk layanan esensial seperti pemeriksaan kehamilan, imunisasi, dan posyandu harus tetap dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.

Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah: memperluas jaminan kesehatan ibu hamil dari keluarga miskin, Intervensi Kesehatan Ibu dan Anak Berbasis Komunitas dengan Pemerintah Desa sebagai Leading Sector, serta peningkatan Promosi Kesehatan KIA yang Komprehensif di Tingkat Puskesmas dan Desa.

 

YAPPIKA-ActionAid dan KITA Institute menyerahkan rekomendasi kebijakan Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak dari program Desa Sehat pada perwakilan Sekretariat Wakil Preesiden yang hadir di desa Sikunang.

Di akhir, Dadan menerima dengan baik rekomendasi kebijakan yang diberikan. Ia mengapresiasi partisipasi masyarakat sipil dalam isu kesehatan ini. Dadan juga menyampaikan, kedepannya ingin mengundang KITA Institute dan YAPPIKA-ActionAid untuk berdiskusi lebih lanjut dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Contact Person:

Eka Munfarida Irfiani
+6282226540041 / ekamunfarida5@gmail.com

Hardiyanto
+6282187853020 / hardiyanto@yappika-actionaid.or.id 

 

Profil Program

DESA SEHAT

Program Desa Sehat adalah inisiatif yang diluncurkan oleh YAPPIKA-ActionAid pada tahun 2018 untuk meningkatkan kapasitas dan pelayanan publik di sektor kesehatan, khususnya kesehatan ibu, anak, dan remaja. YAPPIKA-ActionAid, yang telah beroperasi sejak 1991, berfokus pada penguatan masyarakat sipil dan promosi hak asasi manusia di Indonesia.

Tujuan Program

  1. Program ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak di desa/kelurahan melalui pendekatan intervensi yang komprehensif. Fokus utama dari program ini mencakup:
  2. Peningkatan akses kesehatan ibu hamil melalui sistem deteksi dini dan mekanisme rujukan terintegrasi antara pemerintah desa/kelurahan dan puskesmas.
  3. Peningkatan kualitas dan kuantitas praktik pemenuhan nutrisi bagi ibu hamil dan balita yang difasilitasi oleh pemerintah desa/kelurahan.
  4. Penguatan kebijakan di tingkat daerah dan desa untuk peningkatan kesehatan ibu dan anak.
  5. Peningkatan kesehatan reproduksi remaja melalui edukasi dan pencegahan perkawinan anak oleh multipihak di tingkat desa dan kabupaten.

Strategi Utama

  1. Untuk mencapai tujuan tersebut, Program Desa Sehat menerapkan beberapa strategi kunci:
  2. Penguatan kapasitas puskesmas dan kader posyandu dalam memberikan layanan kesehatan.
  3. Penguatan kelompok perempuan, komunitas, dan remaja dalam advokasi peningkatan akses dan pelayanan kesehatan.
  4. Mendorong keterlibatan aktif pemerintah daerah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
  5. Penguatan peran kader atau focal point di tingkat komunitas sebagai upaya keberlanjutan pasca-program.

Implementasi Program

Saat ini, Program Desa Sehat dijalankan di empat kabupaten: Jember dan Malang (Jawa Timur), Wonosobo (Jawa Tengah), serta Garut (Jawa Barat), dengan total 32 desa yang mendapatkan intervensi langsung. Program ini melibatkan lebih dari 500 kader Posyandu, memberikan manfaat kepada sekitar 4.000 ibu hamil beserta keluarga mereka. Melalui kolaborasi multipihak, YAPPIKA-ActionAid berkomitmen untuk mendukung peningkatan kualitas kesehatan masyarakat di wilayah-wilayah tersebut serta mendorong keberlanjutan layanan kesehatan berbasis komunitas.

Di Kabupaten Wonosobo, Program Desa Sehat diimplementasikan di komunitas oleh KITA Institute. Program ini dijalankan secara intensif di 4 desa, yaitu Desa Sikunang dan Campursari di Kecamatan Kejajar, serta Desa Lamuk dan Purwojiwo di Kecamatan Kalikajar.

Program Desa Sehat di Wonosobo telah mencatat sejumlah kemajuan signifikan dalam meningkatkan kesehatan ibu, anak, dan remaja di empat desa dampingan. Dalam kesehatan ibu hamil, program telah mendorong kenaikan jangkauan pemeriksaan rutin ibu hamil mencapai 90%. Selain itu, upaya peningkatan kompetensi Kader Posyandu juga berjalan baik, di mana dari 40 kader Posyandu yang didampingi, 28 diantaranya lolos uji kompetensi.

Dalam hal edukasi kesehatan, program telah menjangkau 93 ibu hamil dan 821 ibu/keluarga balita. Kelas ibu hamil dengan suami juga sukses dilaksanakan, di mana 37% peserta menunjukkan peningkatan pengetahuan tentang persiapan dan pasca persalinan. Di bidang kesehatan remaja, skrining kesehatan dilakukan pada 192 remaja, dengan 55% mengalami kekurangan energi kronis (KEK).

Dari sisi kebijakan dan advokasi anggaran, Program Desa Sehat telah berhasil mendampingi desa dalam perencanaan dan penganggaran, menghasilkan variasi program KIA tambahan yang berpotensi meningkatkan alokasi anggaran untuk KIA. Empat desa telah memberikan dukungan anggaran untuk kegiatan edukasi dan kampanye kesehatan, sementara Dinas Kesehatan mendukung replikasi kelas ibu hamil dengan pasangan ke desa-desa lainnya di Kabupaten Wonosobo.

 

Tag :