Diterbitkan pada | Selasa, 04 Agustus 2020
Gerakan masyarakat sipil terus mengalami perubahan di berbagai Negara, tidak terkecuali di Indonesia. Masyarakat sipil merupakan salah satu pilar penting dalam kehidupan demokrasi sehingga kehadiran dan kiprahnya akan selalu diperhitungkan oleh banyak pihak. Ragam gerakan masyarakat sipil pun sangat banyak, mulai dari gerakan berbasiskan agama/kepercayaan sampai gerakan-gerakan warga yang terwadahi dalam organisasi formal, informasi dan bahkan ada yang sifatnya sporadis berdasarkan isu-isu yang berkembang. Tak bisa dipungkiri, aneka gerakan masyarakat sipil tersebut telah mempengaruhi wajah sebuah negara baik di tingkat nasional, departemen, unit pelayanan publik hingga tingkat terkecil dalam rukun tetangga.
Di Indonesia, aneka strategi gerakan yang digunakan oleh masyarakat sipil untuk memperjuangkan atau menyampaikan tuntutan-tuntutannya, baik dengan cara konstruktif dan positif sampai penggunaan cara-cara kekerasan. Perkembangan media komunikasi juga sangat berpengaruh terhadap strategi gerakan yang dikembangkan, terutama di komunitas perkotaan/urban. Saat ini, nampaknya belum banyak dokumen hasil penelitian yang berbicara mengenai gerakan masyarakat sipil. Isu penting ini seakan luput dari perhatian dan kalah dengan hiruk pikuk skandal korupsi dan perebutan kekuasaan di kalangan elit pemerintah. Padahal pengalaman-pengalaman gerakan masyarakat sipil, apalagi yang masuk dalam kategori ‘berhasil’, sangatlah penting untuk didokumentasikan guna penyebarluasan praktik-praktik baik yang telah dilakukan dan ‘berhasil’ agar menjadi inspirasi bagi masyarakat sipil yang lebih luas, di Indonesia maupun di tingkat global.
Merespon beberapa hal tersebut, YAPPIKA saat ini tengah melakukan pendokumentasian contoh-contoh gerakan masyarakat sipil di Indonesia yang berasal dari rural dan urban yang praktiknya telah ‘berhasil’ mendesakkan tuntutan-tuntutannya. Penelitian ini berupa studi kasus dengan mengambil dua sampel gerakan warga di Indonesia, yang pertama mewakili gerakan warga yang terjadi di kawasan
perkotaan yaitu gerakan Kereta Rel Listrik (KRL) Mania di daerah Jabodetabek
Gerakan ini berusaha memperjuangkan hak-hak penumpang kereta komuter di kawasan Jabodetabek, terutama terkait dengan harga tiket, jadwal, kelayakan kereta yang pada intinya adalah bagaimana para pengguna memperoleh pelayanan yang lebih baik. Sedangkan yang kedua, mewakili gerakan warga yang terjadi di daerah pedesaan, yaitu di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. Gerakan di Pati ini adalah gerakan rakyat melawan pendirian pabrik semen di wilayah mereka yang ditengarai akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang fatal dan mengancam kelangsungan kehidupan warga.
Hasil studi kasus akan dibuat dalam sebuah makalah hasil penelitian dan diharapkan akan menyumbang pada refleksi bagi masyarakat sipil di Indonesia dan diperbincangkan di kalangan masyarakat sipil di tingkat regional maupun global guna terus berefleksi dan membangun masyarakat sipil yang lebih baik. Dalam studi kasus ini, YAPPIKA bersama dengan PRIA (Civil Society for Participatory Research). PRIA adalah sebuah lembaga penelitian di India yang juga telah melakukan studi kasus di Bangladesh dan Kamboja.