Kisah Rihana, kader Anak Sehat Desa Puger Wetan

Diterbitkan pada | Senin, 03 Agustus 2020

Rihana (40 tahun) adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Puger Wetan. Sehari-hari Rihana membantu mengasuh anak kerabat, meski tidak rutin, yang dititipkan saat mereka pergi bekerja. Rihana tidak keberatan dan merasa senang karena dalam pernikahannya belum dikaruniai anak. Suami Rihana semula bekerja sebagai nelayan, namun seiring makin sedikitnya hasil tangkapan ikan maka suaminya beralih kerja menjadi kuli bangunan. Karena dinilai memiliki waktu cukup longgar dan ringan tangan, Rihana sering diminta tolong oleh bidan dan pihak desa untuk melakukan pendataan terkait kesehatan atau sosial.


Sejak bulan September 2018, Rihana mulai ikut terlibat dalam pertemuan Pusat Informasi Kesehatan Ibu & Anak serta Penghapusan Stunting di Desa Puger Wetan. Rihana menyatakan tertarik terlibat dalam kegiatan Program Anak Sehat tersebut karena sering dikunjungi oleh CO Program Anak Sehat dan kader Anak Sehat[1] lainnya. CO Program Anak Sehat secara rutin mengajak Rihana berdiskusi tentang hak-hak perempuan terkait kesehatan, akses ekonomi, partisipasi politik, dll. Di luar pertemuan rutin Pusat Informasi Kesehatan Ibu dan Anak serta Pencegahan Stunting Desa Puger Wetan, para kader Anak Sehat sering mengobrol santai di rumah Rihana terkadang sambal rujakan. Dalam suasana santai, para kader berdiskusi tentang hak kesehatan perempuan, keterbatasan serta upaya peningkatan kualitas layanan posyandu, hingga potensi usaha ekonomi produktif yang dikelola kolektif, yang difasilitasi oleh CO Anak Sehat. Rihana menyatakan bahwa proses-proses diskusi tersebut telah membantu dirinya untuk mengenali hak-haknya serta berani menuntut haknya.

 

Beragam kegiatan di Pusat Informasi seperti sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun kesadaran warga tentang pentingnya Kesehatan Ibu & Anak serta stunting, diskusi tentang program Kesehatan Ibu & Anak serta stunting yang dirasakan warga desa, peningkatan kemampuan warga untuk mengolah pangan bergizi, dan sebagainya, telah memperkuat kesadaran (kelompok) perempuan, termasuk Rihana, terkait pentingnya terlibat dalam ruang-ruang pengambilan keputusan publik di tingkat desa. Rihana menyatakan termotivasi untuk terlibat dalam musrenbang karena ingin meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak serta penghapusan kasus stunting di desanya. Ia dan para kader Anak Sehat lainnya menyadari bahwa melalui keterlibatan mereka, maka program dan kegiatan terkait Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak serta penghapusan kasus stunting dapat menjadi program prioritas pemerintah desa dan memperoleh anggaran yang lebih besar sesuai kebutuhan perempuan dan anak di tingkat desa.

 

Rihana dan para kader Anak Sehat lainnya berpendapat bahwa persoalan kesehatan belum menjadi prioritas Kepala Desa dan jarang didiskusikan dalam forum Musrenbang desa. Perwakilan kelompok perempuan dalam musrenbang desa pun hanya Ketua PKK dan bidan desa. Namun Rihana dan para kader Anak Sehat secara rutin mengundang Kepala Desa terlibat dalam kegiatan dan pertemuan multipihak yang mendiskusikan komitmen desa untuk pencegahan stunting. Mereka juga secara rutin menginformasikan data, perkembangan program, serta hasil kegiatan Program Anak Sehat. Hasilnya adalah perubahan sikap Kepala Desa dari yang semula tidak menaruh perhatian pada keterlibatan dan keterwakilan perempuan dalam Musrenbang, menjadi sangat berkomitmen terhadap keterwakilan 30% perempuan dalam Musrenbang. Pada musrenbang Desember 2018, pemerintah desa sudah melibatkan beragam kelompok perempuan (kader posyandu, kader anak sehat, PKK, bidan, SPPK-Sekolah Perempuan Puger Kreatif, & karang taruna). Setidaknya 3 perempuan kader PKK dan 8 kader Anak Sehat terlibat dalam musrenbang desa, termasuk Rihana. Karena suara perempuan penting untuk didengarkan dan diperhitungkan dalam perencanaan dan pembangunan desa.

 

Sejak aktif di kegiatan Program Anak Sehat, Rihana termasuk kader yang masih malu dan kurang percaya diri untuk berbicara. Namun ketika diminta berbicara, Rihana seringkali menyampaikan usulan-usulan yang maju. Seperti pentingnya perbaikan kualitas PMT yang dibagikan saat Posyandu serta perbaikan sarana/peralatan di Posyandu, pentingnya pelatihan ketrampilan bagi perempuan sebagai upaya perbaikan ekonomi keluarga. Beberapa usulan tersebut, setelah didiskusikan bersama kader Anak Sehat lainnya, kemudian disampaikan Rihana dalam forum musrenbangdes. Namun musrenbang pada Desember 2018 tersebut hanya merupakan forum untuk pengesahan usulan yang sudah ada sebelumnya, sehingga usulan yang disampaikan Rihana dan kader lainnya dijanjikan baru akan dibahas dalam musrenbang desa pada bulan Juli 2019.

 

Keberanian Rihana dalam forum musrenbang desa tersebut, tidak datang dengan instan dan tanpa hambatan. Rihana seringkali merasa malu dan ragu-ragu untuk tampil di ruang publik karena merasa dirinya tidak peting, hanya istri seorang kuli bangunan. Secara umum, masyarakat memandang rendah perempuan tidak berpendidikan, tidak bekerja, dan miskin. Rihana menilai bahwa pelibatan perempuan/kelompok perempuan dalam musrenbang sangat minim karena ada penilaian dari pemerintah desa bahwa pendapat dan persoalan perempuan tidak penting. Musrenbang desa menjadi ruang politik yang strategis bagi perempuan (kader Anak Sehat) untuk menyampaikan pendapat dan dikenali kebutuhannya oleh pemerintah desa dan masyarakat. Oleh karena kedasaran tersebut, Rihana termotivasi untuk mendaftar menjadi anggota BPD bersama 3 kader Anak Sehat lainnya. Etika dasar yang disepakati antar kader adalah menolak menggunakan politik uang dan menggunakan prosedur yang benar. Meski terhadap pilihannya tersebut Rihana mendapat olok-olok ‘sok suci’ dari beberapa orang. Namun saat Rihana lolos hingga tahap lanjut, di saat 3 kader Anak Sehat lainnya tidak lolos, tiba-tiba Rihana memutuskan mengundurkan diri. Hal ini sungguh mengejutkan kader lainnya. Alasan Rihana mundur adalah karena kakak laki-lakinya (yang bertempat tinggal 1 RT dengannya) juga mencalonkan diri. Rihana tidak ingin berkonflik dengan kakaknya.

 

Namun hal ini tidak menyurutkan semangat Rihana, terlebih karena para kader tetap saling menguatkan dan memberi dukungan. Dia menyatakan bahwa perempuan harus terus bersuara dan berani memperjuangkan haknya. Saat ini Rihana didorong oleh para kader Posyandu Desa Puger Wetan untuk mencalonkan diri menjadi Kepala Desa yang akan dipilih pada September 2019. Para kader Posyandu bahkan sudah berkomitmen untuk menjadi relawan dalam penggalangan suara.

 

Rihana merupakan gambaran seorang kader yang berupaya untuk mengubah konstruksi masyarakat termasuk persepsi pemerintah, dengan membuktikan bahwa perempuan mempunyai kontribusi penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak, termasuk program untuk penghapusan dan penanganan kasus stunting di desa. Kepala Desa menyatakan bahwa penilaiannya terhadap isu perempuan, kesehatan perempuan, serta stunting berubah ketika melihat keaktifan, kapasitas memadai yang dimiliki para kader Anak Sehat, serta terlibat dalam kegiatan atau pertemuan multi pihak yang didorong oleh Program Anak Sehat YAA. Kepala Desa menyatakan bahwa saat itulah dirinya makin sadar dan yakin bahwa persoalan stunting merupakan masalah kesehatan dan masalah penting desa yang harus diatasi.

[1] Kader Anak Sehat adalah sebutan untuk kader Posyandu yang menjadi pengurus dan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan Program Anak Sehat.


Tag :